“Konflik dunia akan bergeser ke Indonesia”
Jakarta, Metropol – Sebagai negara kepulauan dengan Sumber Daya Alam (SDA) berlimpah, Indonesia sering kali diperkirakan akan menjadi salah satu negara maju di masa mendatang. Indonesia merupakan negara pemilik minyak, batu bara, gas alam, emas, nikel, tembaga dan berbagai komoditas lain yang diminati pasar internasional.
Menurut pengamat energi, Kurtubi. Jika seluruh kekayaan alam dicairkan dalam bentuk uang, Indonesia diperkirakan memiliki aset sekitar Rp 200 ribu triliun. Perkiraan nilai cadangan terbukti dari minyak, gas, batubara, tembaga, emas, nikel, perak dan seterusnya dengan asumsi tidak ditemukan cadangan baru lagi.
Ancaman nyata terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah kekayaan alam yang berlimpah. Jika saat ini berbagai konflik di dunia lebih dari 70 persen berlatar belakang perebutan energi fosil. Maka dipastikan ke depan konflik akan berlatar belakang perebutan energi hayati, pangan dan air.
Panglima TNI Gatot Nurmantyo mengatakan, “jika saat ini lokasi konflik dunia berasal di Timur Tengah atau yang kita kenal dengan sebutan all spring. Maka ke depan, konflik dunia akan bergeser ke arah negara-negara dunia kaya akan sumber daya alam yang berada di equator termasuk Indonesia. Itulah ancaman nyata terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,” katanya saat menyambut prasetya perwira (Praspa) TNI dan pelantikan perwira Polri tahun 2015 di Ruang Auditorium Akpol, Semarang, baru-baru ini.
Gatot dalam pembekalannya mengingatkan kepada capaja TNI dan Polri, bahwa tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia ke depan tidak lah ringan. Hal itu karena dilatarbelakangi perkembangan lingkungan strategis dan beberapa permasalahan global. Mulai dari pesatnya peningkatan populasi penduduk dunia, menipisnya energi, kelangkaan pangan dan air, juga pergeseran latar belakang serta lokasi konflik dunia pada masa akan datang.
Berdasarkan laporan British Petroleum (BP) pada 2013, menyatakan, sisa energi fosil dunia saat ini usianya tinggal 52 tahun ke depan. Dimana energi dunia diprediksi bakal habis pada 2066. Sedangkan Indonesia lebih dulu mengalami kehabisan energi pada 2024, dengan catatan kebutuhan konsumsi energi tidak melonjak drastis.
Teori Malthus soal kependudukan yang dicetuskan pada 1798 juga menjadi catatan merah. Dimana jumlah penduduk dunia, menurut teori itu, bakal mengalahkan pasokan makanan maupun energi fosil yang terkandung dalam bumi. Bila tahun 2013 saja penduduk dunia mencapai 7,2 miliar, dengan asumsi penambahan kebutuhan energi sebanyak 41 persen. Maka diprediksi tahun 2048 energi fosil dunia akan habis.
Presiden pertama RI, Soekarno pernah mengingatkan, bahwa kekayaan alam Indonesia suatu saat nanti akan membuat iri negara-negara besar di dunia, sehingga konflik bukan lagi disebabkan karena perebutan energi fosil, tetapi pangan dan air. Maka hal ini akan menjadi potensi ancaman global.
Hal tersebut pun pernah ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo. “Bahwa kaya akan sumber alam justru akan menjadi petaka bagi kita,” ujar Panglima TNI ini.
(Kamal)