
Oleh : Muhammad Saleh (Jamaah Haji PT Dua Ribu Wisata dan Kontributor Informasi Haji 2017)
Madinah, Metropol – Bagi jemaah haji dan umrah yang memasuki Masjid Nabawi mayoritas memiliki spirit untuk mengambil tempat shalat dan berdoa di dekat pintu Raodah Al Jannah yang di dalamnya terdapat kuburan dan mimbar Nabi Muhammad SAW, nisan Abu Bakar as Shiddiq dan Umar Ibnu Khattab.
Jamaah merasa beruntung jika bisa mendapatkan tempat shalat sunat dan wajid dan berdoa di dekat bilik dan teras Raodatul Jannah. Tempat ini dijamin oleh sebuah hadis Nabi Muhammad Saw bahwa orang yang shalat di sekitar Raudatul Jannah akan mendapat syafaat di akhirat dan doanya mudah dikabulkan oleh Allah SWT.
Hari ini saya yang datang ke Masjid Nabawi lebih awal sekira satu jam sebelum tiba waktu Asar dan beruntung mendapatkan tempat shalat dan berdoa di dekat bilik Raodatul Jannah.
Mulanya saya dapat tempat berjarak kurang dari kisaran 10 meter, tiba-tiba dipersilahkan duduk di antara dua orang tua berwajah ulama yang berasal dari Pakistan. Keduanya baik hati padaku. Sebelah kanan duduk di kursi shalat salami saya dan saya balas dengan mencium tangan kanannya.
Ulama sebelah kiri lebih sepuh mengambil dan memangku buku tulis dan hapeku plus power bank-ku di kursi dorongnya ketika saya mau shalat hajat. Saya pun leluasa menunaikan shalat sunat hajat dan rawatib qabla sebelum shalat Asar dan shalat sunnat mayit.
Seusai shalat mayit, saya kembali mencium kedua tangan ulama Pakistan itu dan pamit bergeser maju untuk merapat di pinggir pagar teras Raodatul Jannah dan berhasil. Saya kembali shalat hajat dan berdoa untuk keselamatan kedua orangtuaku, kemakmuran dan kemuliaan rumah tanggaku, untuk kesejahteraan negaraku, untuk menjadi penulis yang baik dan untuk membalas kebaikan orang-orang yang telah berbuat baik padaku.
Ketika hampir semua doa dan harapanku telah kusampaikan kepada Allah SWT dengan konsentrasi yang kurasa maksimal, mataku lembab karena tetesan air mata ketika kudoakan almarhum ibu dan bapakku ketika shalat mayit, almarhum indokku (ibukub red) Sitti Mede dan ambokku (ayahku) Lammade Kaseng. Saya pun merasa sudah puas shalat dan berdoa.
Saya tiba-tiba menyadari diriku harus bergeser mundur menjauhi Raodatul Jannah, sekitar 25 meter pada saat itu jam hapeku menunjuk pukul 3.40. waktu Madinah. Saya menyadari untuk tidak boleh egois berlama-lama tinggal duduk dan ikut rebutan di halaman Raodatul Jannah.
Saya harus memberi kesempatan saudara-saudaraku yang datang dari berbagai negara yang punya niat, keyakinan dan harapan seperti saya yakni minimal shalat sunnat dan berdoa di sekitar teras dan halaman Raodatul Jannah.
Saya pun singgah mengambil segelas air zamzam sebelum menemukan tiang pilar deretan tiga di salah satu pojok Raodatul Jannah, Masjid Nabawi untuk bersandar dan menulis artikel ini. Tulisan ini pun selesai kuedit di sandaran Raodah Al Jannah.