
Berau, Metropol – Setelah hampir tiga bulan terkatung katung, pembangunan turab pasar lama bekas pasar Sanggam yang terletak di tepian milono tanjung redeb, kini sudah terlihat sinyal akan di bangun, hal ini terlihat adanya tongkang yang berisi step pail dan tiang pancang telah merapat ditepian tersebut, bahkan sudah menurunkan material yang di perlukan.
Molornya proyek turab yang menelan angka hampir Rp. 33 miliar ini, diduga karena terlalu banyak kepentingan dan campur tangan antara sesama penguasa, dugaan ini di perkuat pernyataan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Berau bulan lalu yang meminta kepada seluruh awak media agar mengawal sekaligus mempertanyakan kepada layanan pengadaan secara elektonik (LPSE), mengenai mega proyek Multiyear yang ada di Berau. Dikatakan, Topan (Kadis) di ruangannya, ada beberapa proyek multiyear yang masuk dan sudah dikerjakan oleh kontraktor luar, di daerah ini, “kami selaku Kadis tidak pernah mengetahui kapan proyek itu di lelang ataupun di tender, tiba-tiba sudah di kerjakan. Namun ketika proyek itu dapat masaalah kami selaku Kadis kena imbasnya. Padahal dari awal penetapan lelang sampai di kerjakan oleh pihak luar kami tidak mengetahuinya. Olehnya itu, Kadis minta saat itu kepada media agar mempertanyakan proyek-proyek multiyear yang masuk di Kabupaten Berau, agar dapat menjelaskan proses dan mekanisme pelelangan yang sebenarnya,” kata Kadis dengan nada kesal.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, salah satu proyek multiyear, yaitu pemancangan turab bekas pasar lama Adji Dilayas, adalah salah satu proyek multiyear yang sarat dengan kepentingan, proyek yang seharusnya sudah berjalan beberapa bulan lalu, namun baru minggu terlihat akan di kerjakan. Dari sejumlah keterangan yang berhasil di himpun di Dinas PU, keterlambatan proyek ini karena perusahaan pemenang lelang sedang menunggu materialnya, karena masih di cetak di Surabaya. Namun keterangan pihak pengairan PU, ini perlu di ragukan, pasalnya, keterlambatan proyek ini di kerjakan bukan hanya menunggu material, namun juga di sinyalir perusahaan yang di menangkan oleh panitia lelang yang ada di kantor layanan pengadaan secara elekronik (LPSE) tidak berpengalaman dalam bidang pembuatan turab. Pertanyaanpun muncul, kenapa perusahaan yang tidak punya pengalaman bisa memenangkan proyek yang berjumlah puluhan miliar ini. Karena dari proses awal tender kontraktor sudah menyuap pemberi kebijakan yang ada di kantor LPSE, kurang lebih Rp.700 juta uang kontraktor yang dibagi-bagikan kepada panitia lelang agar bisa memenangkan tender tersebut, pakta ini terungkap ketika sala seorang yang berjuang dan ikut memenangkan perusahaan ini telah di kecewakan, karena perusahaan telah ingkar janji komisi yang dijanjikan tak kunjung ada, maka iapun berjanji akan membongkar kasus ini dari A sampai Z, pejabat-pejabat mana yang ikut menikmati uang suap yang di berikan kontraktor pada saat penetapan pemenang tender. (Sofyan)