
PMN bekerjasama IP Institute saat menggelar diskusi panel yang bertajuk “Refleksi Idul Kurban Dan Korban Narkoba”, di Wisma Ciliwung Jakarta, Kamis (31/8).
Jakarta, Metropol – Pemuda Melawan Narkoba (PMN) bekerja sama dengan Indonesian Pillar Institute (IP Institute) menggelar diskusi publik di Wisma Ciliwung Jakarta, Kamis (31/8).
Dengan mengusung tema “Refleksi Idul Qurban dan Korban Narkoba”, diskusi ini menghadirkan tiga Panelis yaitu Harianto Oghie sebagai Sekretaris LP Ma’arif NU Harianto Oghie, Presiden PMN Tamrin Barubu dan Ketua Umum IP Institute Abdul Rauf.
Presiden PMN Thamrin Barubu mengungkapkan, Indonesia jaman dahulu mampu mengusir penjajah namun kini narkoba mampu masuk ke pelosok negeri merasuk kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu kata dia, sebagai generasi muda kita harus segera membangun jaringan untuk melawan narkoba.
“Memang narkoba ini adalah ransangan ke urat saraf yang dapat merusak tubuh kita, ini sangat berbahaya tapi lebih tajam lagi mampukah kita sama sama bergerak dan bersinergi untuk mengatakan tidak untuk narkoba,” ujar Thamrin.
Menurut dia, persoalan yang dihadapi bangsa saat ini adalah adanya oknum yang banyak bermain sehingga terindikasi adanya sindikat atau mafia narkoba yang “dibekingi” oknum.
“Kalau memang ada niat seluruh pejabat daerah maka narkoba bisa dihanguskan tapi narkoba masih banyak beredar ini artinya ada mafia, maka lawan utama kita adalah mafia,” ujarnya lagi.
Dia menambahakan, narkoba dapat dienyahkan di negeri tercinta ini dengan kunci utamanya adalah menyatukan persepsi bagaimana melawan oknum-oknum tersebut.
Sedangkan Sekertaris LP Ma’arif NU Harianto Oghie menjelaskan, bahwa berkurban bukan hanya saat Idul Adha.
“Tetapi kapanpun waktunya bisa berkurban maka di luar Zulhijjah pun kita bisa berbagi daging kepada sesama,” katanya.
Lanjut Harianto, yang mempengaruhi maraknya peredaran narkoba di Indonesia dipengaruhi adanya globalisasi dan hedonisme.
“Banyak anak-anak yang menjadi pecandu narkoba karena frustrasi dalam hidup dan hedonis sehingga di sinilah peran IP Institute untuk mencegah itu semua,” katanya.
Menurutnya, untuk menjaga generasi muda Indonesia dari penyalahgunaan narkoba adalah jejaring narkoba yang nyaris tidak terlihat harus diputuskan.
“Yang kedua dari segi edukasinya adalah di pendidikan Pesantren diajarkan betul anak-anak santri tidak pernah terjerat narkoba,” ujarnya lagi.
Dia menuturkan kalangan yang bergaya hidup hedonis paling mudah dijerat narkoba.
“Kalaupun ada orang yang non hedonis terjerat maka itu dari pengaruh luar,” terangnya.
Sementara itu, Ketua Umum IP Institute Abdul Rauf mengungkapkan akan mendukung program pemerintah yang pro rakyat.
Menurutnya, Idul Adha adalah momentum yang sangat menarik dimana kurban tidak hanya didefinisikan dalam pemehaman sempit namun lebih dimaknai labih jauh dan mendalam.
“Pada kisah Habil dan Qabil ada korban yang diterima dan ada yang tidak terima. Hari ini orang menilai kurban itu potong sapi, namun lebih jauh memberikan pemikiran juga bisa dimaknai berkurban,” ujarnya.
Menyikapi peredaran narkoba, Abdul Rauf menegaskan kekuatan bangsa Indonesia ada di tangan pelajar dan pemuda.
Sehingga kata dia, bila kekuatan itu terjerat narkoba maka dirusaklah generasi penerus kita.
“Intinya Indonesia kita jadi lemah karena kekuatan Indonsia dimulai dari generasinya. Jadi menurut saya menyelamatkan pemuda dari narkoba adalah menyelamatkan generasi Indonesia,” jelasnya.
(M. Daksan)