
Penuli : Moh. Saleh AR | Editor : Widi Dwiyanto
LUWU TIMUR, NEWSMETROPOL.id – Ratusan warga Desa Atue, Kecamatan Malili, Kabupaten Luwu Timur (Lutim), Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), hadiri undangan rapat membahas permasalahan dampak lingkungan yang timbul akibat aktivitas tambang Prima Utama Lestari (PT PUL) beberapa tahun lalu.
Rapat dimulai pada pukul 14:30 WITA bertempat di Aula pertemuan Desa Atue dihadiri Kepala Desa Atue Abdul Hamid, Bhabinkamtibmas Desa Atue Aipda Antonius, Sekcam Malili dan nampak hadir, Serma Yosep Muktiyo mewakili Danramil Malili serta hadir pula KTT management perusahaan PT. PUL Mudji Subriyanto, Kamis (16/11/2023).
Dalam sambutannya, Kepala Desa (Kades) Atue mengatakan, bahwa undangan rapat hari ini untuk sosialisasi terhadap management perusahaan PT PUL yang baru dan pemerintah Desa Atue mengharapkan, semoga rapat pertemuan kali ini dapat berjalan lancar.
“Kami bersama masyarakat Atue sudah pernah mengadakan pertemuan atau musyawarah dengan pihak pemerintah jabupaten dan kecamatan membahas tentang hal penambangan atau mencari titik koordinat yang rencananya akan di tambang di Desa Atue, tapi hasil pertemuan pada saat itu, sebagian besar masyarakat merasa keberatan dan menolak karna disini ada air bersih yang tentunya perlu kita lindungi bersama, sebab bukan hanya Desa Atue yang menikmati tetapi termasuk Desa Manurung, Desa Lakawali, Lakawali pantai dan disana akan Sampai ke Tampinang,” jelas Kades Atue.
“Tentu masyarakat perlu mendengar, penyampaian dan sosialisasi PT PUL yang baru karena yang kemarin pun kita tau, sudah melihat dampaknya, mudah-mudahan apa yang akan di programkan nanti PT PUL yang baru, tidak seperti yang kemarin itu harapan kita. Intinya, jangan merugikan masyarakat,” Tegasnya.
Kendati demikian, di akhir Sambutannya, Abdul Hamid selaku Kepala Desa menyampaikan, bahwa sebagai pemerintah desa sangat mendukung program pemerintah dengan adanya perusahaan karna kenapa, dampak pengangguran nantinya bisa teratasi dan itu adalah salah satu contoh positifnya seperti itu.
Pada kesempatan lain, pihak management perusahaan Mudji Subriyanto selaku PJ Kepala Teknik Tambang (KTT) PT. PUL, dihadapan warga Atue menjelaskan, bahwa bulan Oktober PT PUL dibelih oleh management kami jadi management PT PUL ini, PT PUL yang baru.
“Terus terang, tambang dengan pengalaman saya sebagai kepala teknik tambang, bahwa PT. PUL lama seperti apa, tapi saya yakin apa yang disampaikan pak Kepala Desa adalah satu keberanian untuk menyampaikan ini kepada bapak ibu dengan sejarah sebelumnya PT. PUL lama seperti apa dan ingin memberikan kesempatan kepada warganya untuk bisa memilih, apakah nantinya kita ibarat orang bertamu, dipersilahkan atau tidak, jadi saya kembalikan kepada bapak ibu yang memiliki tanah disini, dan terus terang saya datang sepuluh hari yang lalu dan saya sudah sampai di mata air yang sangat di khawatirkan akan terimbas,” papar Mudji.
“Tapi menurut pengalaman saya, bahwa untuk sampai kita menambang, ada prosesnya dan tidak langsung menambang, makanya kita berkumpul disini, bahwa kita baru survei, istilahnya baru mau melihat dan belum melangkah,” tambahnya.
“Tidak mungkin izin yang kita miliki nambang batu bara, nambang ke nikel, izin kita nekel, nambamg Emas itu tidak boleh,” terang Mudji Subianto.
“Jadi apapun yang nati dalam prosesnya kita tidak sesuai, kita bisa komunikasi untuk agar supaya ini bisa sesuai dan tentu saja dengan musyawarah dan mufakat, kalau gak ada kata mufakat otomatis bisa jadi stop dan harapan saya, saya sebagai kepala teknik tambang yang bertanggung jawab nanti dalam proses awal sampai nanti mengambang,” tambahnya.
Mudji Subianto memaparkan, bahwa itu pengawas dari masyarakat, pengawasan dari desa, tokoh masyarakat bahkan langsung ke ESDM tadi yang langsung itu bisa seperti PT PUL yang beberapa kali di lihat di Media, bahwa PT PUL sempat beberapa kali stop, sempat beberapa kali ganti management.
“Tentu hal ini harus di komunikasikan agar supaya investasi ini bisa merekrut warganya dari wilayah kecamatan untuk bisa bekerja,” tutupnya.
Upaya sosialisasi yang dilakukan pihak PT PUL tidak sedikitpun membuat warga Desa Atue bergeming untuk mengijinkan PT. PUL melakukan rangkaian aktivitas tambang termasuk pengeboran.
Ikhsan salah satu tokoh muda selaku perwakilan masyarakat asal Desa Atue dengan lantang bersuara menyatakan sikap penolakannya.
“Saya mewakili masyarakat Desa Atue menyatakan, menolak seluruh rangkaian kegiatan yang direncanakan PT. PUL dan biarkan kami hidup tenang seperti ini tanpa adanya gangguan yang meresahkan akibat kegiatan perusahaan tambang yang mengusik ketenangan kami disini, sebab kami pun tidak akan menjual tanah air kami kepada pengusaha manapun,” tegasnya mengunci.