
Wakapolda NTB Kombes Pol Imam Margono dalam jumpa pers terkait penangkapan tiga terduga teroris di Bima.
Mataram, Metropol – Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri menangkap tiga orang terduga teroris, di Bima, Minggu (18/6). Ketiga terduga teroris itu adalah Kur alias Nia (23), NH alias Dayat (21), dan RA alias Olga (35).
Oleh aparat ke tiganya selanjutnya diamankan di Polda NTB, karena merencanakan akan melakukan sejumlah aksi teror di seluruh Markas Polisi di Bima, Senin (19/6).
Wakapolda NTB Kombes Pol Imam Margono mengatakan, tertangkapnya tiga terduga teroris itu di NTB, merupakan ekses dari semakin terpojoknya militan ISIS di Timur Tengah.
“Dan Asia Tenggara menjadi pelarian berikutnya, terbukti dengan terjadinya pergolakan di Marawi Filipina,” ujar Imam Margono saat konfrensi pers di Mapolda NTB, Senin (19/6).
Kata Wakapolda NTB, dekatnya jarak Filipina dengan Indonesia memungkinkan terjadinya pergeseran aksi teror para pelaku yang berafiliasi dengan ISIS di Indonesia Khususnya NTB.
“Untungnya Tim Densus 88 Anti Teror diback up Polda NTB, berhasil membongkar jaringan terduga teroris yang disebut sebut sebagian sel tidur yang mulai menunjukan eksistensinya dengan merencanakan akan aksi teror Markas Polisi di Bima,” ujarnya lagi.
Wakapolda menyebutkan Kur merupakan orang yamg paling bertanggung jawab dalam perencanaan penyerangan itu. Kur dibantu oleh NH yang bertugas merakit bom sekaligus melancarkan serangan.
“Keduanya asal Desa Dore Kecamatan Talabiu Kabupaten Bima,” imbuhnya.
Lanjut Wakpolda, terduga teroris RA warga asal Pena Toi Kecamatan Mpuda Kota Bima berperan sebagai pencari dana atau Fa’i.
Lebih jauh Wakapolda NTB membeberkan riwayat Kur yang diketahui merupakan jaringan kelompok Penato’i Kota Bima dibawah pimpinan Ustad Iskandar yang sudah ditangkap pada tahun 2012. Kata dia, Kur diajak bergabung oleh Khotob alias Memet alias Oni untuk bergabung dengan kelompok Santoso di Poso untuk melaksanakan kegiatan Tadrib atau pelatihan militer. Selanjutnya Kur diketahui bergabung dengan Kelompok Jamaah Asharaut Daullah Bima.
Masih kata Wakapolda, RA alias Olga juga punya riwayat yang sama dengan Kur. RA awalnya bergabung dibawah Ustad Iskandar, meskipun kemudian bergabung dengan kelompok Mujahidin Indonesia Barat (MIB) untuk melakukan perampokan di Kantor Pos dan Giro Ciputat pada tahun 2012 lalu.
“Dia juga dituduh menyembunyikan DPO teroris Satria alias Indra Jendol,” katanya.
Sementara terduga teroris NA kata Wakapolda, perannya membantu membeli bahan kimia berupa cairan H202 sebanyak tiga liter yang kemudian diserahkan kepada Kur.
Menurut Wakapolda, dari riwayat dan peran para terduga teroris itu, terungkap bahwa pengaruh Foreign Terrorist Fighter (FTF) dari Indonesia yang ada di Suriah dan yang bergabung dengan ISIS pimpinan Badrun Naim telah mampu menggerakkan jaringan lokal. Mereka selain melakukan doktrin pelaku baru juga membiayai semua proses pembuatan sampai aksi peledakan bom.
“Mereka memanfaatkan isu-isu yang berkembang sebagai alasan pembenar untuk melakukan aksi amaliyah atau teror,” beber Kombes Pol Drs. Imam Margono.
Wakapolda menambahkan, dengan kejadian penangkapan tiga orang terduga teroris tersebut menunjukan bahwa ancaman teroris ISIS di Indonesia semakin nyata.
“Perlu masyarakat ketahui bahwa daya cegah dan tangkal masyarakat harus dibangun toleransi antar beragama kerukunan beragama yang menjadi kekuatan besar bagian bangsa,” harapnya.
(Rahmat)