Oleh : M. Saleh Mude.
Pagi ini, Sabtu, 10 Maret 2018, saya dikagetkan berita yang awalnya diragukan yakni Hari Darmawan meninggal dunia, ditemukan di sungai dekat rumahnya, di Taman Wisata Matahari, Mega Mendung, Cisarua, Bogor, Jawa Barat.
Almarhum ditemukan terdampar di pinggir Sungai, diduga jatuh terpeleset ke Sungai.
Hari Darmawan adalah pengusaha yang bervisi besar, pernah jaya dan merajai bisnis ritel di bawah bendera “Matahari Department Store,” lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 27 Mei 1940, meninggal di Bogor, Jawa Barat, 10 Maret 2018 pada umur 77 tahun, dan pendiri dan pemilik tempat wisata populer di Cisarua, Bogor, yaitu Taman Wisata Matahari.
Saya beberapa kali bertemu empat mata, diundang dan diterima khusus oleh almarhum pak Hari Darmawan yang di mata saya memang sosok dermawan alias suka berbagi.
Saya pernah diundang bertemu khusus ketika masih berkantor di gedung MNC Menara Kebon Sirih/Bimantara, diajak makan malam, dikasih tabloid/majalah berisi biografi dan visi bisnisnya “Fortune” dan dikasih uang tips dalam di amplop sebelum pamitan.
Saya pernah ditelepon oleh sekretarisnya mba Lucy, dikasih tunjangan hari raya (THR) ketika masih berkantor di Trade Building, Jl. Wahid Hasyim Jakarta Pusat, ketika waktu itu saya masih bekerja di Istana Wakil Presiden.
Saya pernah dicari-cari, “I cari-cari you Saleh,” kata pak Hari sebelum pamitan pulang, dan dikasih uang pada acara buka puasa bersama KKSS di rumah menantu Pak JK, Mas Tono, kawasan Pondok Indah.
Terakhir saya bertemu Pak Hari dan dikasih uang lagi, pada acara Buka Puasa Bersama Pengurus, Wakil Presiden JK, dan warga KKSS se-Jabodetabek, Juni 2017 di Halaman Parkir PT Sucopindo, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Malam itu, pak Hari ingin memberikan juga uang tips ke seorang teman saya sesama panitia, sebelum memberikan teman saya, pak Hari terlebih dahulu tanya saya dalam bahasa Inggris, “Can I give tips also that boy?” Saya jawab,“yes, please, he is my friend”.
Sore itu, sepanjang jalan dari rumahnya di Cisarua menuju Sucofindo, Pasar Minggu, saya dan pak Hari beberapa kali teleponan.
Saya yang jemput ketika tiba di lokasi buka puasa bersama, pak Hari tidak ikut Shalat Magrib karena beragama non-muslim.
Saya pernah membuat film dokumenter kilas balik Badan Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (BPP KKSS) dan Pak Hari adalah salah satu tokoh yang saya wawancarai.
Saya teringat kalimatnya yang masih fanatik sebagai orang Bugis-Makassar. “Saya ini lahir dan besar, minum dan makan dari tanah Bugis, saya bangga sebagai seorang Bugis. Orang Bugis harus maju …”
Ketika Pak Hari berumur 70 tahun, keluarganya merayakan ulang tahunnya secara sederhana, dengan mengundang sekitar seratusan tamu, termasuk saya dan istri di rumahnya di Cisarua, Bogor.
Saya juga sekeluarga pernah bermalam tanpa bayar di salah satu villanya, di kawasan Cisarua, Puncak Bogor.
Saya ikut sedih, tidak sempat melayat ke Cisarua, Bogor, karena saya mendapat informasi dan segera melacat berbagai media on line perihal kematian Pak Hari, dan ternyata benar, ketika saya dan istri menuju Bekasi, acara syukuran dan persiapan berangkat ke tempat tugas, sahabat saya, Bapak Sudirman Haseng, Duta Besar Kamboja, yang akan berangkat di Phnon Phen, paling lambat akhir Maret ini.
Hari ini, jenazah Pak Hari dibawa oleh keluarganya ke Bali untuk diadakan upacara penghormatan terakhir, dikremasi sesuai ajaran agama Budha.
Selamat jalan Pak Hari, engkau adalah manusia yang baik, selalu ceria, ramah dan mudah berkenalan dengan banyak orang.
Ketika bertemu orang-orang yang dikenalnya, pak Hari selalu mengizinkan orang lain berpelukan akrab, bahkan rela bercipiki-cipika.
Pak Hari telah meninggalkan banyak warisan kebaikan, salah satunya adalah Taman Wisata Matahari (TWM) Puncak Bogor, yang dinilai oleh banyak orang sebagai tempat wisata yang murah, terjangkau, dan sederhana.
Pak Hari Darmawan adalah pengusaha besar yang akrab dengan pendiri dan pembina BPP KKSS.
Pak Hari beberapa kali menyumbang puluhan bahkan ratusan juta rupiah untuk kegiatan-kegiatan KKSS.
Bahkan sekitar 5 tahun yang lewat, Pak Hari pernah menjadi tuan rumah, menyediakan berbagai fasilitas gratis mulai tenda, panggung hiburan, makanan, dan door prize kepada warga Sulawesi Selatan di halaman utama Taman Wisata Matahari, dekat halaman rumahnya yang luas membentang hingga 70-an hektar.
Semoga ada anak-mantu atau cucunya Pak Hari yang bisa merawat, meneruskan, dan mengelola baik warisan-warisan Pak Hari, terutama kawasan wisatanya yang diperuntukkan untuk masyarakat menengah ke bawah.
Selamat jalan Pak Hari Darmawan,.Visi bisnismu, kebaikan hati, kedermawananmu, keringanan tanganmu berbagi sesamamu akan menemani abu jasad dan ruhmu di sisi Tuhan.
Saya selalu mengenang jasa baikmu Pak Hari,,, Semoga damai jiwamu di alam sana.***