Barang bukti ratusan karung pupuk bahan pembuatan bom yang berhasil disita oleh Tim Mabes Polri bekerjasama Direktorat Polairud Polda Sultra.
Banggai Laut, Metropol – Kerjasama antara Tim Mabes Polri dan Direktorat Polairud Polda Sulawesi Tenggara (Sultra) berhasil menyita ratusan karung pupuk bahan pembuatan bom.
Ratusan karung pupuk amonium nitrat yang setara dengan 3,4 ton itu disita oleh polisi di Kabupaten Banggai Laut, Sulawesi Tengah, Jum’at (27/10).
Selain bahan kimia tersebut, polisi juga mengamankan detonator merek 88 buatan India sebanyak delapan buah.
Menurut Sumber kepolisian yang dihubungi melalui telepon seluler di Bungku, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), Jumat malam, menyebutkan bahwa, bahan-bahan kimia itu diambil dari rumah seorang nelayan bernama Munsung di Desa Kalupapi, Kecamatan Lobangkurung, Kabupaten Banggai Laut.
“Semua barang tersebut kemudian diangkut dengan Kapal Patroli Enggang dan didaratkan di Pelabuhan Bungku, Kabupaten Morowali untuk selanjutnya dibawa ke Kota Palu,” kata sumber tersebut.
Oleh tim Mabes Polri yang dipimpin AKBP Agus Budi Suprianto itu selanjutnya akan menitipkan barang-barang sitaan tersebut ke Polairud Polda Sulawesi Tengah yang seterusnya juga akan memproses hukum kasus tersebut.
Dia juga menjelaskan bahwa, amonium nitrat ini didatangkan dari Timor Leste dan diduga kuat dikumpulkan untuk menjadi bahan pembuatan bom ikan karena di TKP yang sama juga ditemukan detonator.
“Sayangnya saat digeledah, pemilik rumah ini melarikan diri, jadi tersangkanya belum kami ambil,” ujar sumber yang enggan disebutkan namanya itu.
Sumber tersebut menambahkan bahwa, untuk dapat menyita bahan berbahaya itu, pihaknya selama lima bulan terakhir telah mengamati sepak terjang Munsung.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengawasan Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Yunber Bamba, SPi.M.Si., berharap pengungkapan kasus ini akan menimbulkan efek jera bagi nelayan di Banggai Kepulauan dan Banggai Laut yang selama ini masih menggunakan bom ikan.
“Perairan Banggai Laut dan Banggai Kepulauan itu memang merupakan kawasan penangkapan ikan yang masih banyak nelayannya menggunakan bahan peledak,” ujarnya.
Menurut informasi yang dia peroleh para pelaku bom ikan di Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, mendapatkan bahan pembuatan bom dari wilayah Buton, Sulawesi Tenggara.
Dia menuturkan bahwa pihaknya terus berupaya memerangi penggunaan bom ikan di Banggai Kepulauan dan Banggai Laut antara lain melalui pemberdayaan kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas) penangkapan ikan.
Namun kata dia, hasil program itu belum memuaskan karena keterbatasan berbagai sarana dan fasilitas pendukung.
“Kami memang sangat membutuhkan dukungan kepolisian untuk memberantas penggunaan bom ikan di perairan tersebut,” ujarnya.
Saat berita ini dibuat, ratusan zak bahan kimia yang beratnya 25 kg/zak tersebut sedang dimuat ke atas truk di Pelabuhan Morowali untuk dibawa ke Polairud Polda Sulteng di Kota Palu.
(M. Daksan)