
Jamaah Haji Dua Ribu Wisata saat Wukuf di Arafah. (Foto : MS/MP Kontributor Informasi Haji 2017).
Makkah, Metropol – Prof. Dr. H. Faried Wadjedy, Lc, MA, mengatakan, sebagai umat muslim yang beriman, sepatutnya rasa syukur hendaknya selalu dipanjatkan kepada Allah SWT karena bisa berada di Padang Arafah di tenda VIP 112 .
Lanjutnya, beberapa Hadits Nabi menjelaskan bahwa Makkah Al-Mukarramah adalah tempat suci dan ditetapkan sebagai tempat pengampunan dosa-dosa yang telah kita perbuat.
“Ka’bah adalah bukti sejarah perintah pertama Allah SWT kepada Nabi-Nya Ibrahim AS untuk memulai berhaji yang akan diikuti umat manusia dari seluruh penjuru dunia,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren DDI Mangkoso, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan itu dalam Khutba singkatnya di Padang Arafah, Kamis (31/8).
Kata dia, mereka yang hadir di Padang Arafah ini adalah hamba-hamba pilihan dari berjuta-juta bahkan bermiliaran umat manusia yang ingin juga dipanggil olehNYA.
“Karena itu, sayang sekali jika kesempatan berada di Padang Arafah ini tidak dimanfaatkan secara baik untuk berulang-ulang bertalbiyah mendengungkan Labbaik Allah humma labbaik. Labbaik la sharika laka labbaik. Innal hamda Wan-ni’mata Laka walmulk. Laa sharika lak,” ujarnya lagi.
Pembimbing Haji PT Dua Ribu Wisata ini menuturkan bahwa di tempat ini doa dijamin mudah dikabulkan dan Ibadah Haji adalah ibadah yang paling kompleks karena banyak rukun, wajib dan ritualnya.
“Kata Nabi Muhammad SAW, siapa yang berhaji karena Allah semata maka dia akan diampuni segala dosa-dosanya dan mendapat syafaatku di akhirat kelak,” terangnya.
Dia juga mengatakan bahwa, berhaji yang benar adalah bukti ketundukan dan pencarian kita akan keridhaan Allah SWT.
“Orang yang sudah diwisuda di Padang Arafah, sudah berhak memakai gelar al haji atau pak haji atau ibu hajjah, tidak boleh lagi berkata kotor dan fasik,” imbuhnya.
Faried Wadjey menambahkan, selama berada di Padang Arafah, semua simbol-simbol duniawi ditanggalkan baik jabatan, status sosial ataupun kekayaan tidak nampak.
“Kita semua berpakaian ihram, putih-putih sebagaimana miniatur hari pembangkitan manusia setelah kiamat di Padang Mahsyar,” terangnya.
Lebih jauh dia mengatakan bahwa, di Padang Arafah, Allah SWT, memberikan ilmu makrifat, mengetahui bahwa di sinilah Adam dan Hawa kembali bertemu dan berbahagia.
“Begitu pula kita datang dari berbagai negara dan suku bangsa dan ras berbeda tapi satu keyakinan sebagai Muslim, umat Rasulullah SAW,” imbuhnya.
Dia juga menuturkan sebagaimana khutbah terakhir Rasulullah SAW di saat Haji Wadah, yang mana kala itu Beliau mengatakan tidak ada perbedaan dan kelebihan orang Arab dengan non Arab, tidak ada perbedaan orang hitam dan putih di hadapan Allah namun yang membedakan mereka adalah kualitas takwanya.
“Sebagai umat Rasulullah, mari kita banyak bertobat atas segala kesalahan dan dosa-dosa kita terhadap orang tua, suami, istri, anak, tetangga dan sesama,” harapnya.
Dia menegaskan bahwa, Allah selalu membuka maaf dan ampunannya terlebih lagi di Padang Arafah.
Oleh karena itu kata dia, sepatutnya manusia selalu bertobat dan jangan berputus asah.
Di akhir khotbahnya, Faried mengatakan bahwa, setelah meninggalkan Padang Arafah, jemaah Haji akan menuju mabit atau bermalam di Mina dan Musdalifah.
“Di sana kita akan melontar jumrah dan bertahallul, memotong rambut kita.
Pria disunatkan menggundul kepalanya dan perempuan minimal memotong rambutnya 3 helai,” pungkasnya.
(Muhammad Saleh)