
Para pendaki disabilitas saat menempuh medan yang berat dalam pendakiannya menuju Puncak Gunung Sesean, Kabuaten Toraja Utara.
Tator, Metropol – Tim Pendakian Bersama Difabel Menembus Batas Part II akhirnya menggapai puncak gunung Sesean, Kabupaten Toraja Utara, sekira pukul 16.30 Wita, Sabtu (2/12).
Pendakian bersama difabel ini dalam rangka memperingati hari penyandang disabilitas Internasional 2017 yang jatuh setiap tanggal 3 Desember.
Sekitar 70 orang penggiat alam bebas bersama 9 orang penyandang disabilitas ini start dari kaki gunung sekira pukul 15.00 wita.
Sebelum melakukan pendakian, gabungan penggiat outdoor dan difabel ini dibagi ke dalam tim kecil yang terdiri atas 5 – 6 orang dan satu orang penyandang disabilitas.
Tim pertama tiba di puncak gunung yang memiliki ketinggian 2100 mdpl ini adalah tim yang beranggotakan difabel buta dan daksa kinetik.
Selama pendakian cuaca di sekitar Gunung Sesean relatif cerah sehingga tim rata-rata tiba saat petang hari.
Salah satu atlet difabel daksa, Agusalim mengatakan sangat merasakan sensasi yang sangat dalam pendakian ini.
“Jika dibandingkan dengan tidur di hotel selama dua malam, disini lebih sensional. Dengan pendakian ini kita ingin perlihatkan bahwa difabel juga bisa mendaki gunung. Karena kami selalu dipandang sebelah mata,” ujar Agus di puncak Sesean.
Dia juga berharap dengan kegiatan ini bisa mendapat perhatian publik lebih luas.
“Kita juga butuh dukungan pemerintah bukan hanya materi tapi juga dorongan moril,” pintanya.
Sementara difabel buta Abdul Rahman sangat bersyukur bisa muncak. Apa lagi sebelum malam tiba.
Selama perjalanan, dia mengatakan bergerak atas instruksi dari pendampingnya yang berada di belakang, depan dan sampingnya.
“Sempat tergelincir karena lambat terima instruksi,” kata dia.
Rahman memiliki sekitar 30 persen penglihatan dan pada peringatan Hari Penyandang Disabilitas Internasional 2016 lalu sukses mencapai puncak Latimojong, Enrekang.
“Saya sudah tidak mengalami kesulitan dalam orientasi mobilitas karena intruksinya tepat. Berbeda dengan pendakian Latimojong yang kadang tidak tepat instruksinya dan masih ditarik pakai tali webing yang dililit di pinggang. Di sini (Sesean) saya hanya dipakaikan harness – pengaman panjat tebing — tapi sudah tidak ditarik,” kata dia.
Selain itu dia sudah membawa beban daypack di punggung.
Menurutnya, pendakian di Latimojong menjadi pembelajaran berharga untuk orientasi mobilitas dan komunikasi instruksi.
Pendakian difabel ini juga diluar dugaan, kata Rahman, karena hanya menumpuh waktu 3 jam yang sebelumnya diprediksi memerlukan 4 – 5 jam tiba di puncak.
Rencananya pada Minggu besok yang bertepatan dengan hari penyandang disabilitas Internasional 2017 akan digelar upacara di puncak gunung Sesean.
(FB)