
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian didampingi Koordinator Staf Ahli Kapolri, Irjen Pol Burhanuddin Andi. (Foto: Istimewa)
Jakarta, Metropol – Kasus kesalahpahaman di Tanjungbalai saat ini sudah kondusif. Guna menanggulangi kasus serupa dengan tidak terulang lagi, Kapolri Jenderal Tito Karnavian sudah mempertemukan tokoh masyarakat dan pemuka agama.
Menurut Tito, sebenarnya kericuhan di Tanjungbalai merupakan masalah kehidupan sosial dalam bertetangga. Diketahui, seorang warga meminta kepada pengurus masjid untuk mengecilkan pengeras suara di Masjid Al Maksum, Tanjung Balai Selatan, saat salat Isya.
“Kasus kesalahpahaman tersebut akhirnya diselesaikan secara lokal. Biarkan dari pemerintah setempat, Kapolda, Pangdam, menyelesaikan masalah-masalah lokal dalam bertetangga,” kata Tito saat memberikan keterangan pers di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Minggu (31/7) kemarin.
Tito menilai, jika ditelusuri pada pokok masalah yang bersengketa, seharusnya peristiwa pembakaran dan pengrusakan di tempat-tempat ibadah tidak terjadi. Sebab, kedua belah pihak yang bermasalah sudah sepakat untuk berdamai di Polsek setempat.
Namun, tambah Tito, ada pihak yang menebarkan pesan bersifat SARA. Sehingga, warga lainnya yang tidak tahu pokok permasalahan, terprovokasi dan bertindak anarkis. “Sebetulnya kalau dikomunikasikan dengan baik, masalah itu bisa selesai,” tambah Tito.
Mantan Kapolda Papua itu juga mengatakan, tokoh masyarakat dan pemuka agama pun sepakat berdamai atas kasus kesalahpahaman tersebut. Namun, agar menghindari adanya sisa-sisa masyarakat yang tidak terima, Polri dan TNI tetap berjaga di beberapa objek vital.
“Dalam pertemuan masyarakat, tokoh masyarakat, pemuka agama, mereka membuat kesepakatan untuk menjaga ketertiban di Tanjungbalai. Di tingkat provinsi juga sudah dilakukan pertemuan. Ini untuk meredam semua daerah di Sumut jangan sampai terprovokasi,” jelasnya.
Sementara itu, tambah Dia, sebagai upaya tidak adanya kesalahpahaman antar warga dan kelompok, Tito juga meminta kepada Pemda dan Polda Sumut, untuk sering mengumpulkan tokoh masyarakat dan pemuka agama.
“Dialog tetap jalan supaya tidak ada sisa-sisanya. Sehingga situasi bisa kembali baik, kondusif, dan tetap dipertahankan itu,” tegas Tito.
(*/MP)