Militer Indonesia menggelar latihan gabungan reaksi cepat yang dikenal dengan sebutan PPRC (Pasukan Pemukul Reaksi Cepat) di Natuna.
Jakarta, Metropol – Belum setengah tahun diadakan unjuk kekuatan dan latihan militer skala besar di Natuna yang dihadiri oleh Presiden Jokowi akhir tahun lalu, militer Indonesia kembali menggelar latihan gabungan reaksi cepat yang dikenal dengan sebutan PPRC (Pasukan Pemukul Reaksi Cepat).
Latihan ini dijadwalkan sepanjang minggu ketiga bulan Mei yang berpuncak di Jumat Wage tanggal 19 Mei 2017. Gelar pasukan reaksi cepat dipertunjukkan di Tanjung Datuk Natuna di hadapan Presiden Jokowi dan seluruh Gubernur di Indonesia.
Mengapa di Natuna lagi, karena ini adalah pertaruhan gengsi berteritori yang paling menentukan. Sebab di seberang utara sana geliat lidah naga semakin menjulur dan sering memercikkan percikan gelombang laut yang menerpa ke segala arah.
Penampilan unjuk kekuatan militer Indonesia di pangkalan militer Natuna yang berulang kali tentu menarik untuk dicermati. Demikian pendapat Jagarin Pane, Analis Pertahanan dan Alutsista TNI yang dilansir nusantaranews.co yang berjudul “Kekuatan Militer Indonesia di Natuna Kian Membara” pada Selasa (16/5).
Dia mengatakan, boyongan alutsista dari pulau Jawa dua minggu terakhir ini begitu terasa dengan dihadirkannya MLRS Astross II Mk6, Tank Leopard, Tank Marder, Artileri Caesar Nexter, Artileri KH179, UAV, Radar Mobile, sejumlah KRI striking force, KRI Logistik, Tank Amfibi, RM Grad / Vampire, Hercules, Jet Tempur, Helikopter dan sebagainya.
Begitupula dengan Lanud strategis yang mendukung latihan tersebut seperti Lanud Halim Perdana Kusuma Jakarta, Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Lanud Supadio Pontianak, Lanud Hang Nadim Batam dan Lanud Raden Sadjad Natuna serta partisipasi 6000 personel pasukan TNI.
Lanjut dia, Natuna adalah pagar teritori yang patut diwaspadai karena lalulintas militer di Laut Cina Selatan begitu tinggi tensinya sebagaimana Cina sudah membangun pangkalan militernya di kawasan itu dan seakan tidak terbendung lagi untuk menancapkan hegemoninya di perairan kaya energi fosil itu. Hal itu memerlukan kewaspadaan yang tinggi karena meskipun Cina tidak mengklaim kepulauan Natuna tetapi Cina dengan tegas menyatakan bahwa perairan ZEE Natuna bersinggungan dengan klaim teritorinya.
“Nah kita harus cepat mengantisipasinya. Tidak bisa lagi ada statemen kita tak punya musuh, semuanya kawan dan kita tidak cari musuh. Ya semua negara di kawasan ini kawan kita, sahabat kita tetapi sebagai bagian dari antisipasi untuk pertahanan teritori adalah sangat wajar kita perkuat militer kita. Jangan terlambat Om, apalagi terlambat mikir,” ujarnya.
Menirukan pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantio yang telah berkali-kali sudah mengatakan bahwa, pertempuran masa depan adalah perebutan sumber daya alam, Jagarin Pane menegaskan bahwa pertempuran di masa depan bukan pertempuran merebut pulau Jawa tetapi pertempuran yang memperebutkan wilayah yang kaya sumber energi yang mana Natuna adalah salah satunya.
“Maka perkuatlah angkatan laut dan udara, maka tambahlah alutsista mobile seperti jet tempur, kapal perang, kapal selam dan peluru kendali jarak sedang. Jangan kebanyakan mikir sendiri, bukankah anggaran sudah disediakan secara terang benderang dan tahun depan menjadi anggaran terbesar diantara seluruh kementerian,” imbuhnya.
Dia menyebutkan, Jet tempur Sukhoi SU35 yang dipesan Indonesia semestinya tidak sekedar 8-10 saja, tapi lebih dari itu misalnya 24 unit.
Begitupula Jet tempur F16 juga harus ditambah lagi meski Indonesia sudah memiliki 33 unit. Seperti halnya pesawat tempur, Indonesia memerlukan penambahan kapal perang striking force seperti PKR, Fregat dan kapal selam.
“Ruang udara dan perairan kita cukup luas, jadi kita butuh alat pemukul di udara dan laut. Kita butuh angkatan laut dan udara yang kuat,” jelasnya.
Menurut dia, unjuk kekuatan melalui latihan militer sesungguhnya menggambarkan kekuatan kuantitas dan kualitas alutsista yang dimiliki. Kata dia, kita boleh saja mengklaim bahwa pertunjukan demo kehebatan militer kita di Natuna bernilai spektakuler tetapi menurut sudut pandang Vietnam atau Singapura boleh jadi sesuatu yang biasa-biasa saja atau menurut Cina bisa jadi belum menyengat tuh alias gak nendang.
Padahal kita saat ini sedang membangun pangkalan militer di Natuna berkarakter sarang lebah yang bisa menyengat sebelum bala bantuan datang dari Jawa.
“Jika pangkalan militer itu jadi apakah kemudian ketersediaan alutsista untuk ditempatkan di pulau itu memadai. Itu pertanyaan besarnya. Oleh sebab itu isian alutsista pertambahannya harus dipercepat, butuh gerak cepat,” terangnya.
Dia menambahkan, ketika berkunjung ke Natuna nanti, Presiden Jokowi harus dijelaskan bahwa Indonesia masih membutuhkan sejumlah kapal perang dan jet tempur, butuh rudal jarak sedang, serta masih memerlukan pertambahan alutsista secara besar-besaran dan mendesak.
“Natuna hanya satu titik teritori sementara banyak titik teritori yang perlu diawasi ketat. Butuh persebaran alutsista mobile, jadi butuh pertambahan alutsista, itu logikanya,” terangnya.
Dia menegaskan unjuk kerja PPRC di Natuna yang disaksikan oleh seluruh Gubernur merupakan momentum sosialisasi bahwa perkuatan militer mutlak diperlukan.
“Jangan hanya menjelaskan kehebatan jalannya latihan tempur, lalu tepuk tangan. Tetapi lebih dari itu bahwa penambahan alutsista di seluruh pelosok tanah air bukanlah pemborosan anggaran tetapi bagian dari investasi ber NKRI, berteritori, berpertahanan dan bereksistensi. NKRI adalah eksistensi yang didalamnya memerlukan payung perlindungan militer sepanjang waktu dan sepanjang tempat,” jelasnya.
Dia berharap momen pertemuan elemen pemerintahan sipil dan militer di Natuna dapat dijadikan sebagai kebulatan tekad untuk mempercepat pertambahan alutsista berteknologi tinggi dan pertambahan anggaran pertahanan secara signifikan.
“Natuna adalah contoh dimana gengsi berteritori NKRI sedang dipertaruhkan, diuji dan ditampilkan. Maka tampilan alutsista pemukulnya yang ada disana haruslah yang berkelas, setara, gahar dan membanggakan serta menetap di pulau itu,” pungkasnya.
(M. Daksan)