Aksi Wartawan “Stop Kekerasan”.
Mataram, NewsMetropol – Perlakuan tidak menyenangkan dan dugaan intimidasi terhadap wartawan kembali terjadi.
Kali ini diduga dilakukan oleh oknum Pejabat Pemkot Mataram terhadap Wartawan Suara NTB Muhammad Kasim (Cem) saat melakukan kegiatan peliputan di Lingkup Pemkot Mataram, Rabu (4/4).
Sehingga insiden itu menambah deretan panjang sikap arogansi oknum pejabat terhadap Jurnalis.
Atas kejadian tersebut, IJTI NTB mendukung segala langkah yang akan ditempuh oleh korban dan AJI Mataram untuk melakukan langkah advokasi dan upaya hukum lainnya.
“Kita menyayangkan di era transparansi dan keterbukaan saat ini masih saja ada oknum pejabat yang bermental seperti itu, dia mungkin lupa bahwa dia mengemban amanat rakyat, dan wartawan itu adalah mitra untuk menyampaikan informasi ke publik,” ujar Riadis Sulhi Ketua IJTI NTB.
Menurutnya, tindakan intimidasi dan arogansi itu merupakan warisan feodal yang harus dilawan.
“Tidak boleh ditunjukkan apalagi oleh pejabat yg seharusnya bisa menjadi contoh yang baik bagi masyarakat,” lanjutnya.
Dia juga mengatakan, bahwa pihaknya akan berupaya mengambil tindakan nyata untuk menyelesaikan dugaan intimidasi tersebut dengan mempertemukan kedua belah pihak untuk duduk bersama (hearing) atau mediasi yang berimbang.
“Jika tidak nenemui kata sepakat maka langkah advokasi harus ditempuh untuk memberikan efek jera. Silahkan kedua belah pihak duduk bersama dengan itikad baik untuk menyelesaikan masalah, jika buntu maka langkah advokasi harus ditempuh, karena kegiatan jurnalistik untuk mendapatkan informasi publik itu dilindungi undang undang, di sisi lain tindakan arogansi dalam bentuk apapun harus dilawan, itu harus,” tegasnya.
Seperti yang dilansir AJI Mataram Rabu (4/4), kasus yang menimpa Muhammad Kasim terjadi sekira pukul 10.25 Wita saat Muhammad Kasim menemui Kabag Infrastruktur dan Kerjasama Setda Kota Mataram, M. Nazarudin Fikri.
Anggota AJI Mataram ini ingin mengkonfirmasi soal rendahnya serapan realisasi fisik dan keuangan Pemkot Mataram triwulan pertama.
Muhammad Kasim mengkonfrontir data Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP), namun reaksi pelaku mulai tidak ramah.
“Anda dapat data dari mana itu?,” sergah oknum pejabat. “Saya dapat dari data dari web monev LKPP,” jawab Cem.
“Silahkan saja pakai (Data LKPP), saya no comment,” timpal Nazarudin dengan nada kasar.
Mendengar jawaban itu, Cem memilih tidak melanjutkan pertanyaan dan mengakhiri wawancara.
Sekira lima menit kemudian Cem berkumpul dengan jurnalis lainnya Ali Ma’sum Radar Lombok dan Azizam TVRI NTB.
Rupanya peristiwa berlanjut karena pelaku yang keluar dari ruang rapat, tiba-tiba memanggil Cem dengan nada tinggi.
“Saya kaget, tiba-tiba ada yang teriak “sini”. Awalnya saya ndak ngeh. Saya baru sadar waktu si pelaku ini sudah berhadap hadapan muka dengan Cem. Tangan bapak itu udah ngacung, seperti mau mukul,” tutur Ali.
Cem memberi isyarat agar Ali dan Azizam merekam kejadian itu. Cecok tak terelakkan. Bahkan pelaku melontarkan kata kata kasar. “Kamu wartawan bodoh, kamu wartawan banci”. Cem menimpali dengan melontarkan kalimat sama, “Kamu itu pejabat bodoh, pejabat banci,” ucap Cem. Cekcok mereda setelah keduanya sama sama menjauh dan dilerai oleh Kabag Humas Setda Kota Mataram Lalu Mashun.
(Amrin)