Bupati Konawe Selatan Surunuddin Dangga dan Direktur PT YSM Meidy Katrine Lengkey dalam suatu acara

Bupati Konawe Selatan Surunuddin Dangga dan Direktur PT YSM, Meidy Katrine Lengkey dalam acara ekspose pembangunan smelter.

Konsel, Metropol – Direktur PT Yakin Sukses Makmur (YSM) Meidy Katrine Lengkey mengatakan, investasi perusahaannya di Kabupaten Konawe Selatan mencapai  US $ 10 Juta.

Kata dia, tngginya nilai investasi yang digelontarkan karena pihaknya menggunakan teknologi YSM Smelting Furnace (YSMSF).

Menurutnya, investasi ini akan digunakan untuk pengadaan YSMSF yang terdiri dari crusher, briquet machine, tunnel kiln, blast furnace, granulation plant, magnetic separator, dan infrastructure lainnya.

Pabrik direncanakan beroperasi selama 330 hari dalam setahun dengan produksi maksimal sebesar 1.900 ton/tahun Ni, atau setara dengan 6.333 ton/tahun Feronikel.

“Bahan baku yang utama adalah Raw Ore, Batubara dan Dolomite. Sedangkan PBT (Pay Back Time) adalah selama 4,38 tahun.

Lanjut Meidy, penggunaan YSMSF dilatar belakangi  karena Indonesia memiliki banyak cadangan bijih nikel laterit.

“Namun kebanyakan belum diproses secara langsung di Indonesia karena kadar nikelnya yang rendah,” ujar Meidy dalam press releasenya kepada Metropol, Rabu (11/10).

Baca Juga:  Pasca Lebaran, PT Akses Pelabuhan Indonesia Optimalkan Patching dan Pemeliharaan JTCC

Kata Meidy, teknologi pengolahan Nickel yang ada saat ini seperti teknologi RKEF dan Blast Furnace belum cukup menarik bagi investor untuk mengembangkan Industri pengolahan nikel di Indonesia karena terkendala oleh penurunan harga produk Nickel di pasar internasional dan mahalnya biaya investasi maupun biaya operasional terutama komponen kelistrikannya.

Oleh karena itu pihaknya mengembangkan teknologi pengolahan nikel yang dapat mengurangi biaya operasional tetapi memiliki nilai investasi yang tidak terlalu besar.

“Teknologi pengolahan nikel ini menggunakan furnace yang mirip dengan Furnace yang ada pada Teknologi Blast Furnace saat ini namun dengan proses yang sangat berbeda di dalamnya,” ujar Meidy lagi.

Meidy menuturkan, proses di dalam furnace ini disebut Half Nobel Nickel Smelting Furnace dan penggunaan teknologi ini akan menghasilkan produk yang memiliki kadar nikel yang tinggi walaupun dengan menggunakan ore berkadar rendah.

Baca Juga:  Pasar Malam Keliling Tetap Eksis Sejak 1990, Jadi Angin Segar UMKM di Kecamatan Baras

“Selain itu, sebagai reduktan dan sumber energi utamanya cukup menggunakan batubara dan tidak diperlukan lagi kokas yang memiliki harga yang sangat mahal di pasaran seperti halnya pada teknologi blast furnace standard,” terangnya.

Dia menegaskan dengan berbagai kelebihan yang dimiliki oleh teknologi YSMSF, PT. YSM memiliki keyakinan untuk dapat menerapkan proyek ini dalam skala industri dengan menerapkan efisiensi sistem yang lebih baik dan reliable namun tetap memperhatikan kualitas lingkungan dan pengembangan masyarakat sekitar tambang.

“Selain itu, produk dari pengolahan nikel ini yang berupa ferronickel dengan kadar Ni 29 – 30% yang menggunakan bahan baku bijih nikel kadar rendah dan batu bara, dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai bahan baku industri stainless steel nasional yang selama ini banyak diimpor oleh industri hilir,” terangnya.

(M. Daksan)

KOMENTAR
Share berita ini :