Enrekang, Metropol – Demo yang dilakukan oleh Mahasiswa Lingkar Pena Intelektual Muda pada Kamis (12- 2/2015) di halaman kantor Bupati Enrekang yang intinya meminta agar Bupati segera turun dari jabatannya karena dianggap telah melakukan beberapa kesalahan pada awal kepemimpinannya, antara lain Bupati telah mengeluarkan izin penggunaan lahan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Maiwa yang tidak sesuai prosedur, Bupati juga diminta untuk bertanggungjawab atas pengadaan mobil dinasnya yang seharga Rp.1.271.400.000. Namun sayang disaat para mahasiswa sedang melakukan orasi tiba-tiba saja terjadi insiden yang seharusnya tidak dipertontonkan, apalagi jika yang melakukannya adalah seorang pejabat.
D i k e l i l i n g i para pengunjuk rasa, Mardin sang Jendral Lapangan mendapat pukulan dibagian muka oleh seorang pejabat. Tidak sampai disitu, Mardin kemudian dibawah oleh pejabat lainnya ke salah satu ruang di kantor Pertanian Enrekang seperti akan disekap, untung saja para petugas Kepolisian yang merasa bertanggungjawab atas pengamanan demo Mahasiswa dengan Sigap bertindak hingga Mardin tak jadi di isolasi.
Masyarakat Massenrempulu kemudian dibuat heboh oleh insiden pemukulan mahasiswsa. Bahkan beberapa aktivis yang melihat langsung kejadian memalukan tersebut segera melakukan protes. Para pejabat itu mungkin lupa bahwa UUD 1945 telah menjamin setiap warga Negara untuk bebas mengeluarkan pendapat secara lisan dan tertulis, lalu apa yang salah dengan adik-adik Mahasiswa, mereka hanya menyampaikan ketidak puasan mereka atas kepemimpinan Bupati yang mereka pilih lebih dari setahun lalu. “Apalagi mereka menyampaikannya dengan cara yang sopan, tanpa merusak asset Daerah,” kata salah seorang aktivis LSM Dirman dengan nada geram.
Bahkan beberapa Lembaga Independen yang turut mengecam insiden ini mengatakan, kejadian kemarin hanyalah sebuah rekayasa agar orang-orang yang tampil menjadi pahlawan. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orangnya Bupati. Apapun kata orang, kembali berpulang kepada yang melakukannya. Yang jelas masyarakat menilai, Bupati dan jajarannya belum siap untuk menerima kritikan sebagai wujud kecintaan masyarakat atas dirinya. Padahal sebagai seorang pemimpin wajar jika dirinya mendapat sorotan publik, baik itu positif maupun negative, guna mengukur sejauh mana kemajuan Bumi Massenrempulu selama berada dalam genggamannya. Memperlihatkan kekuatan dengan mengerahkan orang-orang yang bersifat arogan untuk menyerang anak-anak kita bukanlah hal yang patut di banggakan, apalagi Bupati Enrekang Drs. H. Muslimin Bando adalah seorang pendidik. “Seharusnya Bupati menghadapi Mahasiswa itu sama seperti saat dirinya menghadapi para siswanya waktu dirinya masih aktif sebagai seorang guru,” kata salah satu divisi perlindungan perempuan dan anak dari Lembaga Komunitas Pemerhati Perempuan Massenrempulu ( KP2M ) Rezah Pratiwi. (Sry YN).