
Tampak Ketua Qolaki Drs. Eko Priyono, Ketua Nelayan Agus dan Kepala Pabeanan Dermaga Bayah saat bernegosiasi
Lebak, Metropol – Diduga melanggar kesepakatan, akhirnya tongkang BG 26 menyebabkan laka laut terhadap salah seorang nelayan di daerah Bayah, Minggu (4/6).
Akibat kelalaian tersebut. Seorang nelayan di Kecamatan Bayah, Enda mengalami luka tubuh cidera dan hingga kini keberadaan perahunya tidak diketahui.
Enda kepada Metropol mengatakan, tongkang pengangkut batubara Titan 26 telah melanggar kesepakatan.
“Nelayan dan pihak Pabean Dermaga Bayah sudah bersepakat. Bahwa keluar masuk tongkang harus di siang hari,” katanya.
Enda juga menceritakan, saat itu dirinya sudah di tengah laut dan telah selesai memasang jangkar yang kemudian akan menghidupkan genzetnya untuk penerangan.
Ternyata, kata dia. Tongkang pengangkut batubara tersebut keluar, akhirnya dia panik dan tidak sempat memutuskan tali jangkar.
“Tiba-tiba perahu saya tertarik tali tongkang hingga akhirnya terbalik. Melihat keadaan saya mengambang, teman-teman segera menyelamatkan saya,” kata Enda.
Ditambahkannya, “sampai saat ini saya tidak tahu keadaan perahu. Entah dimana? Rusak atau tidaknya saya belum tahu,” ungkapnya.
Dikantor Pabean Dermaga Bayah telah diberlangsungkan negoisasi antara pihak nelayan dan pihak Pabean terkait pelanggaran yang dilakukan kapal tongkang Titan 26.
Ketua Qolaki, Drs. Eko Priyono saat mewakili pihak nelayan mengatakan, pihaknya telah menyampaikan permintaan agar para nelayan di bentuk sebuah kelompok.
Menurut Eko, maksud dibentuknya kelompok agar kegiatan keluar masuknya kapal tongkang PT Cemindo Gemilang dapat berkoordinasi dengan kelompok nelayan tersebut, sehingga tidak terjadi miskomunikasi dan terulang kembali laka laut yang sama.
“Nantinya, keluar masuk kapal terlebih dahulu bisa koordinasi dengan kelompok nelayan tersebut. Kemudian diteruskan informasi kepada para nelayan sebagai bentuk antisipasi,” katanya.
Eko juga menyesalkan kejadian ini dan mengatakan, sebenarnya pihak PT Cemindo pun sudah tahu rencana pembentukan kelompok nelayan, namun sampai saat ini belum ada respon yang positif.
(Ua Endin/PokjaZona4)