Ketua Bawaslu RI DR Abhan, SH, Drs. H. Prio Budi Santoso, M. Si., Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia Komjen Pol. H. Syafruddin dan pakar Komunikasi Prof. Efendy Gazali, pada acara Kajian yang digelar Bakomubin, diĀ  Aula Masjid Cut Meuthia Menteng Jakarta Pusat, Rabu (7/3).

Jakarta, NewsMetropol – Politisi Muslim Prio Budi Santoso mengatakan, Jokowi akan memiliki peluang terpilih kembali menjadi Presiden jika mengambil calon wakilnya dari kelompok yang merepresentasikan umat muslim.

Kata Prio, secara geopolitik internasional, perkembangan dunia Islam di berbagai belahan dunia turut memberi pengaruh bagi perkembangan politik di Indonesia.

“Sentiman Islam yang terjadi di berbagai belahan duni juga turut dirasakan di Indonesia. Apalagi adanya fenomena politik identitas,” ujar Prio pada acara Kajian bertemakan ā€œPeran Masjid, Mubbaligh dan Politisi Muslim Dalam Mengawasi Pilkadaā€, yang diselenggarakan Bakomubin di Aula AH Nasution, Masjid Cut Meutiah, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (7/3).

Bahkan secara spesifik Prio menyebut figur seperti Ketua Dewan Masjid Indonesia H. M. Jusuf Kalla adalah sosok yang ideal untuk mendampingi Jokowi jika ingin memenangkan kompetisi Pilpres 2019 mendatang.

“Kalau Pak Jokowi mau memenangkan pilpres, sebaiknya memilih calon wakil yang beda-beda tipis dengan Jusuf Kalla,” jelas Prio.

Lebih jauh Mantan Wakil Ketua DPR RI itu menuturkan, bahwa pemerintah Jokowi saat ini memiliki catatan prestasi negatif di bidang perekonomian.

“Kesenjangan ekonomi yang semakin lebar juga daya beli masyarakat yang menurun drastis dibanding pemerintahan sebelumnya,” sebut Prio.

Senada dengan itu, Pakar Komunikasi Publik, Prof. Efendi Gazali mengatakan, bahwa kontestasi Pilpres 2019 berbeda dengan 2014 lalu di mana pada 2019 mendatang akan terdapat tigaĀ  isu politik yang akan menguat.

Ketiga isu itu kata dia adalah isu ekonomi, isu politik identitas dan media sosial.

“Jadi hampir tidak ada Presiden di dunia yang terpilih kembali jika pertumbuhan ekonomi buruk,” terangnya.

Selanjutnya kata dia, menguatnya politik identitas tersebut disebakan oleh karena ketidakadilan ekonomi dan ketidakadilan hukum yang dialami oleh mayoritas pemilih di Indonesia yakni umat Muslim.

“Melalui media sosial pula ketidakadilan akan dipertanyakan secara massif,” pungkasnya.

(M. Daksan)

KOMENTAR
Share berita ini :