Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi, pada pelepasan ekspor jagung di Pelabuhan Badas, Sumbawa, Selasa (20/3).
Mataram, NewsMetropol – Provinsi NTB menargetkan ekspor sebanyak 30.000 ton jagung hasil produksi tahun 2018 ke Filiphina.
Saat ini untuk tahap pertama akan diekspor sebanyak 11.500 ton jagung.
Pelepasan ekspor jagung tersebut dilakukan Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi, di Pelabuhan Badas, Sumbawa, Selasa (20/3).
Gubernur melepas ekspor jagung tersebut didampingi Kepala Badan Ketahanan Pangan Nasioanal, Kementrian Pertanian RI, Dr. Agung Hendriadi, Pangdam IX Udayana, Beny Susianto, Wakapolda NTB dan Bupati Sumbawa, Husni Djibril.
Ekspor jagung gelombang pertama ini merupakan tahap awal dari yang ditargetkan 30 ribu ton pada tahun 2018.
Ekspor jagung tersebut merupakan wujud konsistensi Pemerintah NTB untuk mendukung ketahanan pangan nasional, sebab, tahun lalu NTB juga telah melakukan ekspor jagung ke luar negeri dan luar daerah.
Terlebih, NTB telah ditetapkan pemerintah pusat sebagai daerah lumbung pangan nasional.
“Kegiatan ini dapat membesarkan hati kita dengan menunjukan bahwa NTB akan selalu berkontribusi positif untuk pembangunan nasional,” ungkap Guburnur yang lebih dikenal Tuan Guru Bajang (TGB) tersebut.
Gubernur juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh stakeholders yang telah menyukseskan ikhtiar swasembada pangan di NTB.
Khusus kepada petani jagung NTB, Gubernur TGB menyampaikan salam hormat dan apresiasi pemerintah atas ikhtiar dan kesungguhan para petani meningkatkan produksi jagung secara terus-menerus.
“Berkat kerja keras petani kita, produksi tahun 2017 meningkat 1 juta ton lebih dari tahun sebelumnya, sebanyak 1,1 juta ton pada tahun 2016 sehingga menjadi 2,127 juta ton di tahun 2017,” jelasnya.
Dihadapan seluruh stakeholders, Pangdam IX Udayana, dan Wakapolda NTB, Gubernur TGB menegaskan, setelah menugaskan petani menanam, tugas pemerintah adalah memastikan kemanfaatan ekonomi semakin besar untuk petani.
“Caranya dengan memangkas biaya produksi. Saya berharap agar distribusi pupuk harus benar-benar lancar pada waktunya. Pembelian hasil petani harus di atas Harga Pokok Penjualan (HPP) karena HPP itu harga darurat, Insya Allah pembeli mendapatkan berkah dengan kompensasi doa dari jutaan petani kita,” imbuhnya.
Karena itu, TGB berharap keuntungan dari budidaya jagung dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk kegiatan konsumtif saja namun juga dimanfaatkan untuk menabung, investasi dan produksi.
Sebab menurut TGB ketiga hal tersebut masih kurang dimiliki oleh masyarakat NTB.
Terkait itu, Gubernur menginstruksikan agar dana dari hasil jagung ini dijadikan modal untuk desa membuat Bumdes
“Kalau diuangkan, ada 6,5 triliun dari jagung setahun di NTB saya minta dijadikan modal untuk usaha desa karena dengan memperkuat Bumdes akan menguatkan struktur berekonomi baik jangka pendek maupun panjang,” pungkasnya.
Senada dengan itu, Kepala Badan Ketahanan Pangan Nasioanal Kementrian Pertanian RI, Dr. Agung Hendriadi, menyampaikan NTB telah berkontribusi besar dalam membebaskan Indonesia dari Impor jagung.
Pada tahun 2015 Indonesai masih impor 3,2 juta ton namun angka ini terus turun hingga menjadi nol pada tahun 2017 lalu.
“Saat ini NTB menempati urutan ke 5 provinsi dengan produksi jagung terbesar. Capain ini sudah luar biasa megingat luasan lahannya jauh dibandingkan provinsi besar lainnya dengan penigkatan 18,5 % pertahun,” Papar Agung di hadapan Gubernur TGB.
Pelepasan ekspor jagung tersebut juga Pemerintah Kabupaten Sumbawa untuk mencanangkan Gerakan Masyarakat Jagung Integrasi Sapi (Gemajipi).
Gerakan ini diinisiasi Pemda Sumbawa mengingat terus meningkatnya jumlah limbah jagung siring dengan meningkatnya jumlah produksi.
“Limbah jagung akan kita olah menjadi bahan pakan ternak dan biomasa. Maka 1 juta ton jagung yang ditargetkan Kabupten Sumbawa tahun ini akan menghasilkan pangan olahan yang mampu menghidupi 133.333 ekor sapi selama 75 hari,” Jelas Bupati Sumbawa, Husni Djibril.
(Amrin)