Wapres JK

Wapres RI, H. M. Jusuf Kalla.

Jakarta, NewsMetropol – H. M. Jusuf Kalla (Pak JK) adalah Wakil Presiden RI dua zaman yang berbeda presidennya yakni era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono periode 2004-2009 dan Presiden Joko Widodo periode 2014-2019.

JK begitulah sapaan akrabnya adalah putra pasangan Haji Kalla dan Hj. Athirah, kelahiran Watampone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942.

JK telah digelari sebagai saudagar juru damai karena telah berhasil mendamaikan beberapa konflik di Indonesia.

Tercatat dengan tinta emas, JK telah berhasil mendamaikan konflik horizontal, antar-masyarakat di Poso, 2001 dan Ambon, 2002 dan konflik vertikal, antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka, Agustus 2005.

JK adalah pejabat negara yang berlatar belakang pengusaha sukses, terkenal dengan tagline-nya, “lebih cepat lebih baik”.

Di atas berbagai ide-ide cemerlangnya, tindakan cepat dan pragmatisnya, hasil coretan pulpen pilotnya, jejak kerja keras dan prestasinya, menuntun dan menyebabkan berbagai universitas dalam dan luar negeri menghadiahkan sebelas deretan gelar akademik honoris causa (HC), gelar akademik kehormatan yang dinilai memenuhi syarat dan kriteria akademik untuk diberikan kepada JK.

Hingga hari ini, JK telah menerima sebelas gelar akademik kehormatan, honoris causa dari berbagai universitas dan bidang kajian disiplin ilmu, sejak 21 Juli 2007 hingga 21 Februari 2018.

Bermula dari Universitas Malaya, Malaysia, di bidang ekonomi, Sabtu, 21 Juli 2007; Universitas (Diagaku) Soka, Hachioji, Tokyo, Jepang, di bidang perdamaian, Senin, 2 Februari 2009; Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, di bidang pendidikan dan kewirausahaan, Kamis, 17 Maret 2011; Universitas Hasanuddin Makassar, di bidang ekonomi-politik, Sabtu, 10 September 2011; Universitas Brawijaya Malang, di bidang pemikiran ekonomi dan bisnis, Sabtu, 8 September 2011; Universitas Indonesia, Depok, di bidang kepemimpinan, Sabtu Februari 2013; Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, di bidang perdamaian, Sabtu, 14 November 2015; Universitas Andalas, Padang, di bidang hukum pemerintahan daerah, Senin, 5 September 2016; Rajamangala University of Technology of Isan (RMUTI), Pathumthani, Bangkok, Thailand, di bidang pembangunan masyarakat dan perdamaian, Rabu, 21 Maret 2017; Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar, di bidang sosiologi agama, Kamis, 25 Januari 2018; dan Universitas Heroshima, Jepang, di bidang pembangunan dan perdamaian, Rabu, 21 Februari 2018.

Baca Juga:  Kemhan RI Raih Terbaik Pertama Pada Penghargaan Anugerah Layanan Investasi 2024

Dari 11 universitas pemberi gelar doktor honoris causa kepada pak JK, dapat dikelompokkan menjadi dua: Empat dari luar negeri: Universitas Malaya, Malaysia; Universitas Soka, Jepang; Universitas Rajamanggala Technology of Isan, Bangkok, Thailand; dan Universitas Hiroshima, Jepang. Sementara dari dalam negeri ada tujuh universitas: mulai Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung; Universitas Hasanuddin, Makassar; Universitas Brawijaya, Malang; Universitas Indonesia, Depok; Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh; Universitas Andalas, Padang; dan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Kesebelas Universitas tersebut, ada 10 disiplin ilmu yang telah disematkan pada diri JK.

Empat universitas manca-negara memberikan gelar doktor honoris causa di bidang: ekonomi; perdamaian; dan pembangunan masyarakat.

Kemudian, tujuh universitas dalam negeri memberinya di bidang: pendidikan dan kewirausahaan;  ekonomi-politik; ekonomi dan bisnis; kepemimpinan; perdamaian; hukum dan pemerintahan daerah; dan sosiologi agama.

Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), mengikuti jejak ke-11 universitas luar dan dalam negeri tersebut di atas, tidak dalam bentuk gelar honoris causa dengan memberikan award, bernama, “Parasamya Anugraha Dharma Krida Baraya,” sebagai penghargaan tertinggi atas jasa-jasa pak JK di bidang sosial dan kemanusiaan, Senin, 12 Maret 2018 di Solo.

Ketika menengok ke belakakng, melihat jejak dan karier politik JK, ditemukan data bahwa, JK awalnya sebagai pengusaha dan saudagar sukses, kemudian masuk wilayah politik-kekuasaan dan dipercaya menduduki beberapa jabatan, mulanya di legislatif, anggota MPR RI, kemudian bergeser ke eksekutif, Menteri Perdagangan dan Perindustrian era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Menteri Menko bidang Kesra era Presiden Megawati Soekarnoputri, dan menjadi Wakil Presiden menampingi Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, 2004-2009 dan kini mendamping Presiden Joko Widodo, sebagai Wakil Presiden, 2014-2019.

Baca Juga:  Kemhan RI Raih Terbaik Pertama Pada Penghargaan Anugerah Layanan Investasi 2024

Di ujung periode pertamanya sebagai Wakil Presiden, JK didaulat memimpin lembaga sosial-kemanusiaan, Palang Merah Indonesia (PMI) dan Dewan Masjid Indonesia (DMI).

Di kedua lembaga tersebut, JK dipercaya menjadi Ketua Umum dua periode.

Dibawah kepemimpinannya, peran dan fungsi kedua lembaga tersebut pun betul-betul dirasakan oleh masyarakat Indonesia sebagai mitra lembaga atau institusi pemerintah.

Nama JK juga hingga hari ini masih tercatat di puluhan universitas negeri dan swasta sebagai wali amanat dan telah memberikan beberapa kali kuliah umum (studium general), terutama di bidang ekonomi dan perdamaian.

JK adalah sosok pemimpin bergaya sederhana, praktis, cepat, berani dan bertanggung jawab dalam bertindak terhadap suatu soal atau masalah bangsanya.

JK rela tidak populer (anti-pencitraan) jika itu menyangkut kepentingan orang banyak (ekonomi rakyat).

JK meyakini bahwa mendamaikan orang yang berkonflik itu adalah ibadah (perbuatan mulia) dan tidak ada dalam kitab suci agama mana pun yang mengajarkan bahwa membunuh orang lain (tanpa alasan yang benar) itu masuk surga.

Kini, JK telah menerima amanah baru dari Presiden Joko Widodo untuk mendamaikan konflik vertikal dan perang saudara puluhan tahun antara Pemerintah Afghanistan dan Gerakan Taliban.

JK telah mengunjungi kota Kabul, ibukota Afghanistan (dan mungkin) sedang bekerja, menyusun tim kerja, matriks masalah dan solusi untuk menemukan rumusan masalah dan solusi menuju perdamaian di negeri para Mujahidin, Afghanistan.

Jika Tuhan berkehendak, JK berhasil mewujudkan perdamaian di Afghanistan maka lembaga-lembaga perdamaian kelas dunia bakal berlomba mencatat nama JK dengan tinta emas dan memberikan berbagai gelar, predikat, penghargaan, termasuk nobel perdamaian kepada JK.

Mari kita menunggu dan berdoa semoga pak JK segera bertindak cepat dan tepat, menemukan format, matriks masalah dan solusi, serta batasan waktu penyelesaian konflik di Aghanistan.

(M. Saleh Mude)

KOMENTAR
Share berita ini :