IMG-20250403-WA0006
Penulis : Rahmat | Editor : Widi Dwiyanto

LOMBOK UTARA, NEWSMETROPOL.id – Gunung Rinjani merupakan destinasi wisata populer di Lombok Nusa Tenggara Barat. Namun, untuk menjaga kelestarian lingkungan dan keselamatan wisatawan, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) menerapkan kuota tiket terbatas untuk pendakian Gunung Rinjani.

Ketua Asosiasi Treking Organizer Senaru (Atos) Munawir menjelaskan, bahwa ada dua season dalam kategori dimana High Season saat ramai dan Low Season saat sepi.

“Seharusnya permasalahan keterbatasan kuota tiket ini bisa diselesaikan dimana tiket-ketika low Season bisa dialihkan ke High Season,” ujarnya kepada media ini di Kaki Gunung Rinjani, Kamis (03/04/2025).

Lebih lanjut, Munawir juga menambahkan bahwa berikut adalah pembatasan tiket Gunung Rinjani yang diterapkan oleh TNGR telah menimbulkan protes dari berbagai kalangan.

Langkah ini dianggap sebagai pembatasan yang tidak adil dan tidak efektif dalam mengelola wisata di Gunung Rinjani.

Pembatasan tiket yang diterapkan hanya memperbolehkan sejumlah wisatawan tertentu untuk mendaki Gunung Rinjani setiap hari.

“Langkah ini dianggap tidak adil karena tidak memperhatikan kebutuhan dan keinginan wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam Gunung Rinjani,” tambahnya.

Lebih lagi, pembatasan tiket juga dianggap dapat berdampak negatif terhadap ekonomi lokal.

“Banyak warga sekitar yang menggantungkan hidupnya pada pariwisata, dan pembatasan tiket dapat mengurangi pendapatan mereka,” tegasnya.

Selain itu, Pembekal Adat Sasak Lombok Utara Ikrana, juga menanggapi terkait persoalan keterbatasan tiket dimana ia mengatakan, bahwa seharusnya pemangku kebijakan memaksimalkan pintu masuk Rinjani jalur Senaru Kabupaten Lombok Utara.

Lebih lanjut, ia juga menerangkan semua pihak yang berkaitan dengan wisata Gunung Rinjani dapat bekerjasama dengan baik.

“Sehingga untuk meningkatkan tarap hidup yang lebih baik bisa tercapai,” cetusnya.

Bahkan, sejumlah kebijakan TNGR juga dianggap tidak menyentuh kepentingan masyarakat adat dimana di pintu senaru ada tua lokak yang seharusnya menjadi penjaga spritual tidak dilibatkan.

“Seharusnya hasil yang didapat dari wisata gunung rinjani dapat dirasakan masyarakat adat. Namun sejauh ini tidak ada,” ujarnya.

KOMENTAR
Share berita ini :