IMG-20251107-WA0037
Reporter : Bagas | Editor : Widi Dwiyanto

BLORA, NEWSMETROPOL.id – Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Blora kembali melaksanakan kegiatan survei monitoring dan evaluasi terhadap Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Survei ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai pelaksanaan program di tingkat Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), pihak supplier, sekolah penerima manfaat, serta rumah tangga penerima bantuan.

Melalui kegiatan ini, BPS berupaya menilai efektivitas program, mengidentifikasi hambatan yang muncul, serta mengetahui dampaknya terhadap peningkatan gizi anak-anak penerima manfaat.

Menurut Hadi Riyantono, petugas bidang Pencatatan dan Data BPS Blora, kegiatan kali ini merupakan tahap kedua setelah survei pertama dilaksanakan pada bulan Juni lalu.

“Survei ini dilakukan secara serentak untuk memantau pelaksanaan Program MBG di Kabupaten Blora. Saat ini sudah memasuki tahap kedua, setelah sebelumnya kami mendata 10 SPPG pada bulan Juni,” ungkapnya, Kamis (06/11/2025).

Senada dengan itu, Tri Susilo, selaku Pengawas Lapangan BPS Blora, menuturkan bahwa survei tahap dua dilaksanakan mulai 1 hingga 14 November 2025. Ia menambahkan bahwa pengumpulan data tidak hanya dilakukan pada SPPG, tetapi juga mencakup sekolah dan rumah tangga penerima manfaat.

“Kami mengambil sampel dari 25 SPPG dari total sekitar 65 yang aktif. Selain itu, dua SPPG juga akan disertai survei turunannya, yakni di sekolah dan permukiman. Di sekolah kami ambil sampel enam murid dan lima rumah tangga penerima manfaat,” jelasnya.

Tri menambahkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi capaian program MBG di Kabupaten Blora, termasuk menganalisis dampak ekonomi lokal.

“Kami mendata mulai dari bahan baku, jarak dapur ke sekolah, jumlah penerima manfaat, hingga asal supplier apakah dari dalam atau luar kabupaten, sebab hal itu berpengaruh terhadap perekonomian warga sekitar,” terangnya.

Ia menegaskan bahwa hasil survei nantinya akan diserahkan kepada Badan Gizi Nasional (BGN) sebagai bahan evaluasi dan penyempurnaan program di masa mendatang.

“Seluruh hasil monitoring dan survei akan dikirimkan ke BGN untuk menjadi dasar perbaikan program,” imbuhnya.

Sementara itu, Biondi Destriatma Putra, Kepala SPPG Tobo, mengungkapkan bahwa sebagian besar relawan dapur MBG berasal dari masyarakat sekitar. Sedangkan penerima manfaat terjauh berada di Desa Singget, Kecamatan Jati.

“Relawan kami kebanyakan dari Desa Tobo, Doplang, dan Pelem. Sedangkan penerima manfaat yang paling jauh berasal dari sekolah di Desa Singget, berjarak sekitar 9 kilometer dari dapur,” ujarnya.

Terkait biaya operasional harian, Biondi menyebutkan bahwa dapur SPPG membutuhkan dana sekitar Rp45–50 juta per hari untuk mencukupi kebutuhan bahan baku, listrik, air, gaji, sewa tempat, serta distribusi makanan bagi 3.465 siswa penerima manfaat.

“Setiap hari kami membutuhkan dana antara 45 hingga 50 juta rupiah, tergantung pada variasi menu yang disajikan,” pungkasnya.

KOMENTAR
Share berita ini :