Sukabumi, Metropol – Sekitar 50 Kepala Keluarga (KK) di Kampung Tanjakan Asem RT 3 dan 4 di RW 1, Kelurahan Sudajayahilir, Kecamatan Baros, Kota Sukabumi, selama puluhan tahun harus Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) menggunakan air limbah rumah tangga.
Pantauan dilapangan, air yang digunakan warga untuk aktivitas MCK bersumber dari saluran pembuangan (got) yang dihubungkan melalui dua buah pipa plastik. Satu pipa mengalirkan air dari got ke kolam berukuran 2×10 meter.
“Sedangkan pipa lainnya mengalirkan air ke bak penampungan ukuran 1,5×2,5 meter ke bangunan MCK yang dibangun program PNPM,” kata salah seorang warga, Andri.
Bahkan yang lebih memperihatinkan, air yang ditampung di dua kolam tersebut berwarna hitam dan berbau dengan banyaknya jentik-jentik nyamuk. “Sejak saya lahir sampai sekarang usia 45 tahun pakai air ini,” ujarnya.
Tak hanya Andri, Yati salah seorang warga lainnya mengungkapkan, dirinya bersama dengan warga lain terpaksa menggunakan air dari saluran pembuangan tersebut meski kotor dan berbau. Karena selama ini tidak ada fasilitas air bersih berupa sumur atau aliran dari air PDAM.
“Mau gimana lagi, soalnya gak ada saluran air yang lain,” ungkapnya.
Menurut Ketua RT 4, Diah Purwanti, pihaknya sudah sering melaporkan kondisi tersebut ke pihak kelurahan dan kecamatan, namun hingga saat ini belum ada tanggapan atau reaksi.
“Banyak warga yang terkena penyakit chikungunya, DBD, Diare dan gatal-gatal akibat pakai air itu,” jelasnya.
Sementara itu anggota DPRD Kota Sukabumi, Anwar Situmorang yang tinggal dekat daerah tersebut dan ditemui di kantornya Selasa (6/1/2015) mengaku miris melihat kondisi warga yang menggunakan air kotor itu.
“Saya sudah masukkan dalam hasil reses dan Januari ini kita bikin sumur bor,” ucapnya.
Politisi PDI Perjuangan tersebut juga mengimbau kepada dinas terkait, yakni Dinas Kesehatan untuk tidak berkutat di tengah kota saja, tapi lihat juga permukiman warga di pinggiran kota.
“Lihat dong daerah pinggiran kota, karena yang tinggal disini juga manusia,” pungkasnya. (Dedi Hendra)