Presiden RI Joko Widodo saat membuka secara resmi Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama 1

Presiden RI Joko Widodo saat membuka secara resmi Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Munas-Konbes NU) 2017 di pelataran Islamic Center NTB, Kota Mataram, Kamis (23/11).

Mataram,  Metropol – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) secara resmi membuka perhelatan Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Munas-Konbes NU) 2017 di pelataran Islamic Center NTB, Kota Mataram, Kamis (23/11).

Prosesi pemukulan bedug oleh Presiden menandai dibukanya perhelatan besar itu.

Selain itu juga dilakukan pemukulan kendang di atas panggung secara serentak bersama Rais ‘Aam PBNU KH Ma’ruf Amin, Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj, Mustasyar PBNU KH Maimoen Zubair, Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Wakil Ketua Panitia Robikin Emhas, dan Ketua PWNU NTB TGH Taqiuddin Manshur.

“Dengan bismillahirrahmanirrahim, saya buka secara resmi Munas dan Konbes NU 2017,” kata Jokowi sesaat sebelum menabuh bedug.

Di hadapan peserta Munas-Konbes NU dan tamu undangan, Jokowi atas nama pemerintah mengapresiasi atas terselenggaranya Munas-Konbes NU 2017.

Pada kesempatan itu, Jokowi juga mengatakan bahwa, Pemerintah menunggu rekomendasi-rekomendasi dari para ulama NU tentang apa yang harus dikerjakan oleh Pemerintah, terutama terkait radikalisme dan redistribusi aset demi pengembangan ekonomi.

Untuk diketahui pada forum tertinggi kedua di NU setelah Muktamar ini mengusung tema “Menguatkan Nilai-nilai Kebangsaan melalui Gerakan Deradikalisasi dan Penguatan Ekonomi Warga”.

Tema ini dipilih atas dasar kegelisahan NU terhadap perkembangan kondisi terkini di Tanah Air.

“Pemilihan tema ini dilandasi oleh situasi kebangsaan kita yang diwarnai gejala erosi nasionalisme akibat berseminya ideologi fundamentalisme agama yang memupuk radikalisme serta dominasi ideologi fundamentalisme pasar yang memproduksi ketimpangan dan frustasi sosial,” ujar Presiden lagi.

Ia menjelaskan, dalam situasi ekonomi di mana yang kuat memangsa yang lemah, sindrom kalah dan tersingkir akan memicu radikalisme dan amuk sosial yang bisa dibungkus dengan jargon-jargon agama.

Selain faktor paham keagamaan, deprivasi sosial-ekonomi jelas berperan penting di dalam tumbuhnya radikalisme.

Selain di Islamic Center NTB, perhelatan akbar tersebut juga melibatkan lima pesantren sebagai lokasi utama, antara lain di Pesantren Nurul Islam (Mataram), Pesantren Darul Fallah, Pesantren Darul Hikmah, Pesantren Darul Qur’an, dan Pesantren al-Halimy (Lombok Barat).

Upacara pembukaan Munas-Konbes NU dihadiri ribuan orang, termasuk peserta resmi forum ini yang terdiri dari jajaran pengurus PBNU, ratusan delegasi dari 34 Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU), serta 31 badan otonom dan lembaga NU.

Turut diundang pula para petinggi lintas partai politik, pimpinan ormas Islam, pejabat tinggi negara, peneliti, dan duta besar negara-negara sahabat.

Musyawirin (sebutan untuk peserta forum ini red) akan tersebar di enam sidang komisi, yakni Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah (pembahasan masalah-masalah keagamaan aktual), Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Maudlu’iyyah (pembahasan masalah-masalah keagamaan tematik), Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qanuniyyah (pembahasan masalah-masalah keagamaan berkaitan dengan perundang-undangan), program, organisasi, dan rekomendasi.

(Amrin)

KOMENTAR
Share berita ini :