Kapolres Jember, AKBP. Kusworo Wibowo, SH, SIK, MH, Kabag. Humas Pemkab Jember, Herwan Agus Darmanto, Ketua FWLM Ihya Ulumiddin dan Mr. Crack, dalam acara pelatihan jurnalistik dan fotografi yang digelar di Kafe Tipis-Tipis, Jember, Ahad (8/4).
Jember, NewsMetropol – Puluhan insan pers Jember mengikuti pelatihan jurnalistik dan fotografi di Kafe Tipis-Tipis, Ahad (8/4).
Pelatihan yang diselenggarakan oleh Forum Wartawan Lintas Media (FWLM) Jember dan Polres Jember ini dimaksudkan untuk menangkal peredaran berita hoax.
Selain diikuti oleh wartawan yang tergabung dalam FWLM Jember kegiatan ini juga diikuti oleh puluhan wartawan yang tergabung dalam Komunitas Media Online (Komen), Netizen Cybertroop Polres Jember serta pemuda yang tergabung dalam suatu Komunitas Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi Cabang Jember.
Ketua FWLM Jember, Ihya Ulumiddin mengatakan, kegiatan tersebut merupakan salah satu langkah dari FWLM memerangi pemberitaan-pemberitaan yang bohong atau hoax yang kini marak dan menjadi perhatian Pemerintah.
“Kegiatan ini guna memberikan edukasi atau pembelajaran kepada para anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya bagaimana menyampaikan informasi yang benar dan bermanfaat, “ujarnya.
Dalam pelatihan ini, beberapa pembicara dihadirkan di antaranya Kapolres Jember, AKBP. Kusworo Wibowo, SH, SIK, MH, Kabag. Humas Pemkab Jember, Herwan Agus Darmanto, dan juga beberapa pemateri di antaranya Hadianto (Mantan Fotojurnalis Senior ANTARA), Maleachi Marinsib Maringgi atau akrab dipanggil Mr. Crack (Mantan Fotojurnalis Reuters) dan Sutanta Aditya (Freelance Fotojurnalis).
Kapolres Jember, AKBP Kusworo Wibowo, SH, SIK, MH menghimbau agar berfikir beribu kali sebelum menyebarkan sebuah informasi yang belum diketahui kebenarannya.
“Chek dan ricek sebelum menyebarkan, karena bisa-bisa itu hoax dan dapat dijerat dengan hukuman,” tutur Kusworo menghimbau.
Kusworo juga menerangkan bahwa sebuah foto dapat memiliki sejuta makna.
“Picture has a thousands word, gambar itu mempunyai ribuan kata-kata, narasi itu mendukung gambar dan sebaliknya,” imbuhnya.
Kusworo mencontohkan ada seorang pejabat pemerintah di mana saat itu dia kebetulan posisi kepalanya sedang miring sedikit lalu dijepret secara sembunyi-sembunyi, foto itu lalu diedit dan digabungkan dengan gambar orang lain semisal foto lawan jenis sehingga menimbulkan persepsi dengan tertidur di pundaknya.
“Nah ini yang melanggar, mencemarkan nama baik orang-orang, bisa dijerat hukuman,” tegasnya.
Sementara Kabag Humas Pemkab Jember, Herwan Agus Darmanto mengatakan, bahwa penyebar berita hoax itu sama dengan penyebar fitnah, dan itu dibenci oleh Allah.
“Di dalam kitab suci Al Qur’an, tepatnya pada surat Al-Qalam menyatakan bahwa Allah itu mencela penfitnah, nah penfitnah itu penebar hoax ini, bisa berupa berita atau berita foto,” tutur Herwan.
Herwan menambahkan, bahwa sejak jaman dahulu, penyebar berita bohong yang jelas-jelas mereka bertujuan negatif sudah ada, namun dulu istilahnya adalah “Nalimah” pada zaman Rasulullah, tujuannya menyebar yang berita-berita tidak benar dengan tujuan merusak dan membungkusnya dengan kebohongan.
“Nah ini kan bahaya sekali dan sejak jaman dahulu sudah ada dan dibahas,” tegasnya.
Senada dengan itu, salah satu pemateri, Mr. Crack mengatakan bahwa mengambil sebuah foto boleh saja, namun berpikirlah berkali-kali sebelum merilisnya.
“Menjepret foto boleh-boleh saja namun berfikirlah berjuta-juta kali ketika memutuskan untuk merilisnya, fikirkan dampaknya, bermanfaatkah atau malah menimbulkan masalah,” tegas Mr. Crack.
(Andik)