Damkar

Jakarta, Metropol – Kebakaran hutan yang melanda bangsa Indonesia menjadi pusat perhatian bagi semua pihak. Diantaranya Ketua Umum PPWI (Persatuan Pewarta Warga Indonesia), Wilson Lalengke, sebagai bentuk keperdulian dan curahan hati, ia tuangkan dengan sebuah tulisan. Berikut artikelnya ;

Damkar Kita, Pentingnya Sistem Pemadam Kebakaran di Lahan Garapan dan Hutan

Oleh : Wilson Lalengke

Salah satu bencana tahunan yang melanda wilayah Indonesia adalah kebakaran lahan dan hutan. Daerah yang selalu menjadi langganan kebakaran adalah Sumatera bagian timur dan Kalimantan yang merupakan lahan gambut. Bencana tahunan berulang yang dimulai sejak tahun 1994 itu hingga kini seakan tidak mampu diantisipasi maupun diatasi, walaupun Pemerintah Pusat sudah turun tangan langsung ke daerah-daerah sasaran bencana kebakaran tersebut. Salah satu hambatan terbesar yang dirasakan selama ini adalah lemahnya deteksi dini terhadap kebakaran dan lambannya penanganan kebakaran itu sendiri oleh masyarakat dan elemen lainnya.

Musim kemarau yang panjang biasanya memicu terjadinya kekeringan di hampir semua wilayah Indonesia. Akibatnya, sebagian tumbuh-tumbuhan di hutan dan kawasan lahan garapan mengalami kekurangan air, menjadi layu, dan akhirnya mati. Banyaknya tumbuhan mati dan kering menjadi bahan baku bagi kobaran api yang setiap saat melanda hutan atau kawasan pengguna lahan. Lengah sedikit saja, api dapat membakar tumbuh-tumbuhan kering yang ada, kemudian melebar membesar menghanguskan wilayah yang luas.

Sebagai pengguna lahan garapan, setiap penggarap lahan seharusnya menjadi entitas yang perlu melibatkan diri secara aktif dan sungguh-sungguh dalam program antisipasi dan penanganan bahaya kebakaran. Semua perusahaan pengguna lahan selayaknya memiliki unit atau departemen khusus yang menangani masalah kebakaran ini. Apalagi, di daerah lahan gambut yang amat rentan terjadi kebakaran, terutama pada areal yang baru saja ditanami, yang biasanya masih banyak terdapat tumbuh-tumbuhan kering bekas pembersihan lahan garapan baru.

Ketersediaan perlengkapan pemadam kebakaran (Damkar) di setiap lahan garapan semestinya menjadi sebuah kewajiban. Sistim antisipasi dan penanganan bahaya kebakaran didukung oleh personil damkar yang handal menjadi salah satu kunci utama keberhasilan pengendalian api di saat kebakaran terjadi. Penyediaan air yang memadai di seluruh areal perkebunan yang siap setiap saat digunakan dalam proses pemadaman api harus menjadi bagian penting dalam sistim damkar perkebunan.

Sebagai contoh, Damkar yang disediakan oleh perusahaan penggarap lahan perkebunan PT. Ricky Kurniawan Kertapersada (PT. RKK) yang terletak di Desa Puding, Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Dari studi dan peninjauan lapangan yang dilakukan ke PT. RKK baru-baru ini dapat disimpulkan bahwa ketersediaan unit khusus Damkar kebun RKK telah memberi kontribusi besar dalam antisipasi dan penanganan bahaya kebakaran di areal lahan garapannya. Terlepas dari faktor alam –kemarau panjang dan angin kencang– yang menjadi kendala dalam penanganan kebakaran tahun 2015 ini, namun unit Damkar kebun RKK sudah membuktikan betapa keberadaan unit tersebut amat vital bagi penyelematan lingkungan lahan garapannya.

Baca Juga:  Kinerja Positif Program TJSL Pelindo Solusi Logistik Tahun 2024

Empat buah Menara Api yang terpasang di areal lahan garapan RKK Kebun Puding dapat memberikan informasi sedini mungkin tentang adanya titik api di lingkungan lahan garapan perusahaan dan sekitarnya. Pada kondisi tertentu, seperti di musim kemarau tahun ini, RKK menyediakan petugas pemantau secara bergiliran di pos-pos Menara Api dengan dilengkapi teropong yang dapat menjangkau hingga beberapa kilometer dari puncak menara setinggi 15 meter itu. Upaya ini merupakan bagian dari sistim deteksi dini terhadap munculnya titik api yang dapat membahayakan.

Unit Damkar RKK dalam beberapa tahun belakangan telah dilengkapi dengan peralatan sesuai standar yang ditetapkan oleh Manggala Agni, Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. Data lapangan menunjukkan setidaknya terdapat 2 unit Waterpump (WP) Trailer Mitsubishi Fuso 6 silinder dengan 6 nozzle, 1 unit WP Boat Mitsubishi Fuso 4 silinder dengan 4 nozzle, dan 24 unit WP Robin EX21. Peralatan mesin WP tersebut dilengkapi dengan selang standar Jet Fire Hose 2,5 inch dan 1,5 inch sejumlah 77 buah. Unit damkar ini juga menyediakan perlengkapan kerja para personil terlatihnya, seperti masker, kaca mata, pakaian anti api, helmet, sepatu, keprok api, dan lain-lain.

Pada saat kebakaran areal lahan garapan seperti yang terjadi beberapa minggu lalu, Posko Damkar RKK menurunkan semua peralatannya, ditambah dengan 4 buah alat berat bulldozer dan excavator. Tidak kurang 45 petugas Damkar terlatih bersertifikat Manggala Agni diturunkan untuk memadamkan api, sejak saat api merambah areal lahan garapan kebun tetangga RKK hingga kemudian merembet ke lahan RKK. Selain itu, ratusan pekebun juga ikut ambil bagian bahu-membahu bersama personil Manggala Agni dan aparat gabungan TNI/Polri serta masyarakat lainnya menangani bencana kebakaran yang menghasilkan kabut asap itu. Dari kerja keras mempertaruhkan nyawa di antara kobaran api dan asap berbahaya, yang diperparah oleh angin puting beliung setiap saat, akhirnya api yang membakar lahan garapan RKK dapat diatasi dalam waktu relatif singkat.

Peralatan dan personil damkar yang baik tentunya harus dilengkapi dengan akses yang memadai terhadap sumber air. Bagi RKK sebagai pengguna lahan gambut yang rawan bencana kebakaran, sejak awal pembukaan lahan sudah membangun kanal di sekeliling lahan garapan dan beberapa jalur kanal di bagian dalam lahannya. Hal tersebut mempermudah penyediaan air di seluruh kanal yang ada, yang setiap saat dapat digunakan untuk pemadaman api di areal kebun maupun lahan tetangga lain di sekitarnya.

Baca Juga:  Kinerja Positif Program TJSL Pelindo Solusi Logistik Tahun 2024

Sistim kerjasama dengan pihak terkait dalam program antisipasi dan penanganan bahaya kebakaran juga amat penting. Pelibatan masyarakat setempat, bukan hanya para karyawan yang bermukim di perkebunan tetapi juga masyarakat desa-desa sekitar, harus menjadi bagian dari sistim Damkar. Sosialisasi tentang bahaya kebakaran ke berbagai lapisan masyarakat, penempatan rambu-rambu bahaya kebakaran, dan berbagai bentuk kerjasama lintas masyarakat di areal pengguna lahan akan mempertinggi kewaspadaan semua pihak terhadap bahaya kebakaran yang mengincar setiap waktu.

Sinegitas di antara sesama unit Damkar para pengguna lahan bertetangga (yang sudah memiliki unit damkar), juga dengan pemerintah dan Manggala Agni amat penting ditingkatkan. Perlu dibangun hubungan komunikasi dan sistim saling bertukar informasi di antara semua elemen terkait. Kerjasama pelatihan bersama para personil Damkar dengan Manggala Agni, seperti yang sudah dilakukan PT. RKK selama ini, baik secara terpusat di pusat pelatihan Manggala Agni maupun pelatihan langsung di lahan garapan perlu dilanjutkan dan ditingkatkan intensitas dan kualitasnya. Hal itu akan mempertinggi kemampuan, tidak hanya ketrampilan kerja pemadam kebakaran, tetapi juga memperlancar komunikasi dan koordinasi antar unit Damkar dalam pelaksanaan tugasnya. Peran pemerintah daerah, aparat kepolisian dan militer dalam mendukung kinerja Damkar tidak dapat dilepaskan dari sistim penanganan bahaya kebakaran.

Pengawasan melekat pada diri semua pihak di setiap tempat adalah hal terpenting pertama dalam mengantisipasi bahaya kebakaran. Keteledoran dan kelalaian orang per orang maupun kelompok dalam mewaspadai munculnya titik api, seperti membuang puntung rokok sembarangan, meniggalkan jejak perapian di hutan dan lahan pertanian/perkebunan, dapat menjadi awal dari bencana besar kebakaran seperti saat ini. Kebakaran lahan garapan, terutama di lahan gambut, yang diikuti oleh bencana asap selamanya akan menimbulkan kerugian di berbagai bidang, seperti kesehatan, transportasi, ekonomi-perdagangan, dan rusaknya ekosistem lingkungan. Oleh karena itu, penyediaan sistim Damkar yang handal harus menjadi salah satu persyaratan mutlak bagi setiap pengguna lahan garapan di negeri ini.

KOMENTAR
Share berita ini :