
Jakarta, Metropol – Perkembangan berbagai tindak ancaman kejahatan mengharuskan semua pihak untuk meningkatkan tentang pemahaman tata kelola pengamanan swasta. Hal itu diperlukan bukan hanya untuk menghindari ancaman kejahatan, melainkan juga menjadi salah satu langkah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
“Di Indonesia, manajemen sekuriti hanya dipandang sebagai cara-cara pengamanan. Namun, sesungguhnya manajemen sekuriti adalah sebuah ilmu yang dikembangkan di negara-negara maju untuk membantu upaya preventif aparat keamanan,” ujar mantan Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal (Purn) Awaloedin Djamin di dalam sambutan peluncuran bukunya berjudul Manajemen Sekuriti di Indonesia, Rabu (20/1), di Hotel Borobudur, Jakarta.
Awaloedin yang memprakarsai kehadiran satuan pengaman (satpam) di Indonesia menyatakan, tugas kepolisian hanya berkisar 50 persen untuk menciptakan keamanan di masyarakat. Karena itu, harus ada upaya pengamanan swakarsa, seperti sistem keamanan lingkungan (siskamling), yang membantu tugas kepolisian.
Cita-cita negara untuk memberikan kesejahteraan kepada seluruh warga negara, kata Awaloedin, tidak akan terwujud jika tidak ada kerja produktif dari seluruh elemen bangsa. Kinerja yang produktif itu pun, kata Awaloedin, sangat dipengaruhi kondisi keamanan.
Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal (Pol) Badrodin Haiti yang juga memberi sambutan menambahkan, aparat keamanan, seperti satpam, seharusnya dapat saling melengkapi dalam tugas di lapangan. Namun, dalam kenyataan, masih terkesan ada persaingan antara polisi dan satpam untuk memberi keamanan.
Untuk menciptakan keamanan dan mencegah kejahatan, kata Awaloedin, Polri dibantu oleh penyidik pegawai negeri sipil dan pengamanan swakarsa, misalnya siskamling dan satpam. Hal itu berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI.
Namun, Badrodin mengatakan, upaya pengamanan secara tradisional melalui siskamling sudah sulit diterapkan saat ini. Kepolisian sudah kesulitan mencari tokoh di lingkungan masyarakat yang memiliki kerelaan hati untuk menjaga lingkungan tanpa diberikan imbalan tetap.
“Masyarakat sekarang cenderung individualistis sehingga upaya siskamling semakin memudar,” kata Kapolri.
Buku itu dibedah oleh Jenderal (Purn) Prof. Hendro Priyono, mantan Kapolri, Jenderal (Purn) Da’i Bachtiar, dan Prof Tubagus Ronny Nitibaskara. Bertindak sebagai moderator adalah Komjen (Purn) Ahwil Luthan.
Turut hadir Koorsahli Kapolri, Irjen Pol. Drs. Burhanuddin Andi, SH., MH, juga sejumlah mantan petinggi Polri seperti mantan Kepala BNN, Komjen (Purn) Gories Mere dan Irjen (Purn) Benny Mamoto, serta sejumlah tokoh lain.
(Baso Susanto/Ir)