Gatot Nurmantyo 6

“Kisruhnya sepak bola membuat perpecahan persatuan Indonesia”

Jakarta, Metropol – Satu turnamen untuk mengisi kekosongan kompetisi sepakbola setelah piala Presiden, kini kembali digelar turnamen resmi yang digagas oleh  Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan nama turnamen Indonesian Championship Jenderal Sudirman Cup yang akan mulai digelar pada 14 November 2015.

“Dalam rangka merayakan HUT ke-70 TNI dan untuk meneruskan roda kompetisi di Indonesia setelah usainya turnamen Piala Presiden. Maka kami mengambil inisiatif untuk menggelar Indonesia Championship Jendral Sudirman Cup. Sesuai arahan Bapak Presiden, sepakbola harus terus berjalan dan dapat mencerminkan sebuah transparansi serta tata kelola yang lebih baik dalam penyelenggaraanya. Untuk itu turnamen ini siap menjalankan amanat tersebut,” kata Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, yang juga bertindak sebagai ketua dewan perlindungan, Senin (26/10/2015) di Mabes TNI Cilangkap.

Seperti yang diketahui, kisruhnya sepak bola membuat perpecahan persatuan Indonesia, apalagi jika persepakbolaan vakum akan sangat memiliki dampak buruk bagi rakyat Indonesia. Dampak buruk tersebut, bukan persoalan pengangguran atau hilangnya kesempatan para pemain muda untuk berlaga di level Internasional, namun dampak paling mengerikan dari kisruh yang diawali oleh kebijakan Menpora ini adalah terpecahnya persatuan Indonesia.

Mungkin sebagian kalangan menganggap hal tersebut terlalu berlebihan. Namun nyatanya, isyu perpecahan mulai terasa jelas di sebagian wilayah terluar Indonesia.

Salah satunya adalah Papua. Hilangnya kesempatan untuk bisa menyaksikan Persipura Jayapura berlaga di level kompetisi lokal maupun Internasional, membuat saudara-saudara kita di wilayah Timur Indonesia merasa kalau hal ini adalah skenario dari warga ibu kota Jakarta, untuk mematikan marabat dan harga diri mereka.

”Orang Jakarta telah mematikan warga Papua. Kami tidak perduli itu PSSI atau Menpora penyebabnya, tapi yang pasti orang Jakarta sudah mematikan harga diri dan kebanggaan kami,” ungkap Jefri Pigai, warga Papua yang juga salah satu pecinta setia Persipura Jayapura seperti yang dilansir Metropol.

Baca Juga:  Panglima TNI Bersama Menhan RI Tinjau Pasukan Defile Untuk Bastille Day Prancis

”Persipura adalah harga diri, kehormatan dan nyawa kami. Persipura yang menjaga harkat dan martabat warga Papua selama ini, sekarang juga dimatikan. Kami tidak bisa terima,” sambungnya.

Sebelumnya, komisioner Komnas HAM yang juga berasal dari Papua, Natalius Pigai, juga sempat mengungkapkan pendapatnya soal besarnya kemungkinan perpecahan akibat kisruh sepak bola berkepanjangan. Menurutnya, sepak bola bukan hanya hiburan semata, namun sepak bola salah satu alat pemersatu bangsa.

”Satu hal yang tidak boleh dilupa, sepak bola sebagai cabang olahraga yang paling besar menyedot minat masyarakat di Indonesia bahkan dunia, adalah salah satu wadah pemersatu bangsa. Bila ini terus dibiarkan berlarut-larut, maka sama saja membiarkan negara ini terpecah belah,” tukas Pigai.

Mengingat akan dampak tersebut, Panglima TNI dalam menggelar turnamen Jendral Sudirman Cup mengajak kembali club-club yang akan bertanding antara lain Arema Cronus, Bali United, Pelita Bandung Raya (PBR), PSM Makassar, Persib Bandung, Persija Jakarta, Persela Lamongan, Mitra Kukar, Persipura Jayapura, Sriwijaya FC, Persegres Gresik, Pusamania Borneo FC, Bonek FC, dan juga Persiba Balikpapan.

Di Tiga Tempat

Babak awal Piala Jenderal Sudirman akan diselenggarakan di tiga tempat. Bali, Malang, dan Surabaya dipilih menjadi kota penyelenggaranya. Masing-masing grup akan diisi oleh lima klub peserta dengan format pertandingan setengah kompetisi. Pertandingan pembuka direncanakan akan berlangsung di kota Malang pada 14 November mendatang.

Babak delapan besar masih akan menggunakan format home turnamen di dua kota. Tepatnya akan ditentukan kemudian. Pada babak semifinal, baru akan digunakan format home and away, sementara di babak final akan menggunakan format single match.

“Pemilihan Bali dan Malang sebagai tuan rumah karena pencapaian mereka sebagai tuan rumah di Piala Presiden yang begitu baik. Sedangkan Surabaya sebagai kota pahlawan dan sangat mencerminkan semangat perjuangan TNI,” ujar CEO Mahaka sekaligus ketua pelaksana, Hasani Abdul Gani.

Baca Juga:  Sistem Persenjataan KN Tanjung Datu-301 Ditinjau Kemhan RI

Hadiah yang diperebutkan dalam turnamen ini cukup besar. Totalnya ada Rp 4,5 miliar. Juara pertama akan mendapatkan uang sebesar 2,5 miliar.

Bersama Sepakbola TNI dan Rakyat Semakin Kuat

Namun disisi lain Badan Sepak Bola Rakyat Indonesia (Basri) menyentil penyelenggara Piala Jenderal Sudirman. Menurut ketua Basri Eddy Sofyan, TNI harus mengingat kembali visi dan misi TNI dan tema yang diusung pada HUT yang ke-70 pasukan keamanan Indonesia itu pada 5 Oktober lalu.

“Tema filosofis TNI di HUT ke-70 lalu adalah ‘Bersama rakyat TNI Kuat, Hebat, profesional, siap mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian. “Kalau yang digelar klub profesional, ya itu berarti sepak bola bukan milik rakyat, tapi milik segelintir orang,” katanya saat ditemui di kantor Basri, Jumat (30/10).

Menurut Basri, apa yang diharapkan TNI untuk bisa bergerak dan menyatu dengan rakyat sama dengan visi misi Basri. Untuk itu, dia berharap agar pemilik sepak bola nasional adalah rakyat, bukan mereka yang mencari keuntungan komersial belaka.

Eddy menyebut pihaknya dengan hormat mengingatkan TNI dan pihak lain, untuk tetap memaknai kedaulatan sepak bola rakyat. Basri optimistis, sebagai anak kandung rakyat, bersama rakyat TNI akan semakin kuat, hebat, dan profesional termasuk di lapangan sepak bola akan tercapai.

Menyelenggarakan turnamen menurut Basri sudah dalam koridor yang benar. Namun, Basri tidak setuju apabila peserta Piala Sudirman hanya diikuti oleh klub mantan ISL yang jelas saat ini dalam posisi tidak jelas dan menolak ada di dalam pembinaan Kemenpora. Padahal, saat ini status pemegang tertinggi olahraga nasiional, termasu sepak bola ada di pemerintah.

(Delly M)

KOMENTAR
Share berita ini :