
“Mempersiapkan Satuan Cyber Bais TNI. Ancaman abad ke 21, tidak hanya didominasi oleh kekuatan militer, namun kekuatan non state actor sangat menentukan”
Jakarta, Metropol – Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo memimpin upacara serah terima jabatan Komandan Jenderal (Danjen) Akademi TNI dari Mayjen Harry Purdianto, kepada Mayjen Bayu Purwiyono dan Kepala Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI Mayjen Moh. Erwin Syafitri kepada Mayjen Yayat Sudrajat, bertempat di Aula Gatot Subroto Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (6/8/2015).
Dalam sambutannya, Gatot mengatakan, Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI harus selalu menganalisa setiap perkembangan yang terjadi diberbagai bidang serta bentuk ancaman yang akan timbul baik itu ancaman secara global, regional maupun nasional dengan indikasi ancamannya kedepan yang akan ditimbulkan.
“Kabais yang baru agar segera konsolidasi dengan menata organisasi Bais TNI, sehingga kedepan Bais TNI dapat benar-benar bisa memberikan masukan strategis untuk bisa ditindaklanjuti,” ujarnya.
Bais TNI memiliki tugas pokok dalam menyelenggarakan kegiatan dan operasi intelijen strategis, serta pembinaan kekuatan dan kemampuan intelijen strategis dalam mendukung tugas pokok TNI sesuai amanat UU Nomor 34 Tahun 2004. Bais TNI dituntut dapat menjadi institusi terdepan dalam menyiapkan intelijen strategis, dan sebagai ujung tombak dalam melaksanakan deteksi dan cegah dini terhadap segala ancaman dan gangguan NKRI. Selain itu, Bais TNI juga dituntut untuk dapat berkoordinasi dengan komunitas intelijen, baik dengan Badan Intelijen Angkatan dan Kotama, maupun Badan Intelijen di luar TNI. Menyempurnakan terus prosedur dan mekanisme kerja di lingkungan TNI, melalui koordinasi yang kuat antara unsur-unsur intelijen, pemantapan organisasi, peningkatan kemampuan personel dan modernisasi alat peralatan intelijen yang terintregrasi antarmatra.
Dalam bidang Infrastruktur bidang pertahanan dan keamanan Mabes TNI & Bais TNI sebagai koordinator membawahi TNI-AD, TNI-AL, TNI-AU, Lemsaneg, Polri, Kejaksaan, BIN. Penunjukan Mabes TNI dan Bais TNI tentunya sangatlah beralasan dimana Mabes TNI adalah lembaga yang secara langsung melaksanakan operasional terhadap TNI AD, AL dan AU yang dalam kondisi perang menjadi ujung tombak terdepan dalam menjaga keamanan dan keselamatan bangsa.
Dalam sebuah artikelnya Paban Utama G-1 Kolonel Arm Irmanjaya, SH, MH, yang bertemakan Kenali Dirimu, Kenali Musuhmu, 1000 Kali Bertempur, 1000 Kali Menang. Maka kedepannya Bais TNI akan mempersiapkan Satuan Cyber Bais TNI.
Cyber War adalah sebuah peperangan dalam dunia maya. Perang yang menggunakan alat komputer dan jaringan interrnet, aktornya adalah Negara, kelompok/jaringan radikal dan rakyat, metode yang digunakan adalah perang asimetris yang sangat berbeda dengan perang konvensional.
Ancaman abad ke 21, tidak hanya didominasi oleh kekuatan militer suatu Negara. Namun kekuatan non state actor sangat menentukan. Ancaman di era globalisasi tidak hanya menyerang instansi pemerintah atau militer.
Negara yang kuat bisa menyerang negara yang lemah. Rakyat dapat menyerang negaranya, begitu juga kelompok/jaringan radikal dapat menyerang negaranya dan rakyatnya. Penguasaan tekhnologi dan alat peralatan menjadi suatu hal yang utama. Padahal penguasaan tekhnologi dan membangun kemampuan alat peralatan bukan saja membutuhkan dana yang besar. Tapi juga membutuhkan waktu yang lama dan perkembangan informasi tekhnologi yang begitu cepat. Perencanaan yang panjang akan membuat ketertinggalan, sehingga siapapun aktor yang bermain akan sangat sulit mengejar jika sudah tertinggal.
Konsep pertahanan yang harus dikembangkan Satuan Cyber Bais TNI (Mabes TNI) dalam mengamankan perangkat keras dan lunak untuk melindungi data-data yang bersifat strategis dalam bidang pertahanan dan keamanan, dengan mengimplementasikan informasi keamanan dari pertahanan yang mendalam, dengan tingkat jaringan eksternal, jaringan perimeter, jaringan internal, host, aplikasi dan data secara terus menerus dengan pengawasan selama 24 jam.
Sedangkan untuk konsep ketahanan adalah dengan memaksimalkan peran aparat teritorial yang dapat menyentuh sampai keseluruhan pelosok dan tingkatan strata masyarakat dengan konsep melek IT khusus Facebook dan Twitter, sehingga berita miring apapun akan langsung di counter oleh masyarakat dengan arahan dari para Asintel Kotamaops yang sudah memiliki lingkup real time melalui Posko Kotamaops dengan melaporkan Lapbangsitkotamaops dengan penambahan laporan media sosial khususnya Facebook dan Twitter.
Selanjutnya, untuk melaksanakan fungsi serangan dan bertahan yang efektif, harus mengikut sertakan masyarakat yang terpanggil jiwanya untuk menjaga kedaulatan bangsanya terhadap serangan Cyber.
Para hacker pribadi dan kelompok hacker, serta multi media analist yang tersebar diseluruh tanah air dengan konsep mitra jaring intel di territorial nusantara, kembangkan kelompok hacker dan multimedia analist menjadi kekuatan pendukung yang menjadi inti dengan membentuk kepengurusan pada tingkat pusat, tingkat I dan tingkat II. Semua peserta diikutsertakan dalam tradisi penyumpahan kesetiaan kepada NKRI dengan memberikan hak dan kewajiban, serta Reward and Punishment yang transparan akan membatasi dengan baik ruang gerak mereka dalam menjaga kedaulatan tetap tegaknya NKRI terhadap kerangka negara kesatuan.
Dengan demikian konsep Sat Cyber TNI harus membumi. Bukan karena peralatan yang didesain untuk mengalahkan lawan-lawan yang ada. Tapi memanfaatkan seluruh sumber daya ditanah air dalam mengamankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari tiga aktor Cyber War yaitu negara, masyarakat dan kelompok/jaringan radikal. Kecepatan bertindak dan kesiapan prajurit Cyber yang sudah jadi, akan mempercepat kemampuan untuk menjadi negara yang disegani dalam perlombaan memenangkan Cyber War.
(Delly.M)